ISLAMTODAY ID-Kirgistan melaporkan 59 orang tewas di wilayah perbatasan selatan Batken, dan Tajikistan mengatakan 35 orang telah tewas.
Sedikitnya 94 orang tewas dalam bentrokan antara Kirgistan dan Tajikistan pekan ini, dalam kekerasan terburuk yang pernah dialami negara-negara itu selama bertahun-tahun, sementara masyarakat internasional menyerukan ketenangan.
“Di perbatasan yang diperebutkan antara dua tetangga Asia Tengah itu situasinya tenang pada hari Ahad (18/9),” ujar pihak berwenang Kirgistan, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (19/9).
Tajikistan mengatakan pada hari Ahad (18/9) bahwa 35 warganya tewas, korban tewas resmi pertama sejak bentrokan bersenjata pecah pada hari Rabu (14/9).
Di halaman Facebook-nya, kementerian luar negeri Tajik juga melaporkan 25 orang terluka dan mengatakan warga sipil termasuk di antara para korban.
Sementara itu, Kirgistan mengatakan pada hari Ahad (18/9) bahwa 59 orang telah tewas di wilayah perbatasan selatan Batken, dan 144 lainnya terluka.
Menteri situasi darurat negara itu menambahkan bahwa empat tentara Kirgistan dilaporkan hilang.
Kirgistan juga mendeklarasikan 19 September sebagai hari berkabung nasional.
Genjatan Senjata Abadi
Puluhan ribu orang dievakuasi dari daerah perbatasan Kirgistan selama beberapa hari terakhir, menurut LSM.
Jumlah korban tewas jauh melampaui angka dari April 2021, ketika bentrokan menewaskan 50 orang dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik skala besar.
Kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata pada hari Jumat dan Presiden Tajikistan Emomali Rahmon bertemu dengan mitranya dari Kirgistan Sadyr Japarov pada pertemuan puncak di Uzbekistan.
Tetapi kedua negara saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata hanya beberapa jam kemudian.
Pada hari Sabtu (17/9), Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres telah meminta kepemimpinan kedua belah pihak “untuk terlibat dalam dialog untuk gencatan senjata yang langgeng”, ujar seorang juru bicara.
(Resa/TRTWorld)