ISLAMTODAY ID-Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) dan Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) melaporkan peluncuran bom cluster di Idlib melukai setidaknya 75 orang.
Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan secara detail serangan roket pemerintah yang menargetkan kamp-kamp untuk orang-orang terlantar di provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak menewaskan sedikitnya 10 warga sipil dan melukai lebih dari 77 pada hari Ahad (6/11).
Selain itu, Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) yang berbasis di Prancis mengungkapkan area kamp yang ramai di Suriah utara menjadi sasaran sekitar pukul 7 pagi (4am GMT) oleh bom cluster yang diyakini telah diluncurkan dari bandara pemerintah Nairab, di provinsi Aleppo timur.
Sebuah pesawat pengintai Rusia berputar-putar di atas daerah itu, tambah mereka.
“Sekitar 12 warga sipil dalam kondisi sangat serius, sehingga jumlah korban tewas bisa bertambah. Serangan itu menghancurkan sekitar 45 tenda dan merusak sebagian sekitar 90, dan sejauh ini lebih dari 2.500 orang mengungsi,” ungkap Fadel Abdel Ghani, ketua SNHR, seperti dilansir dari MEE, Ahad (6/11).
“Penyelidikan awal kami menunjukkan bahwa ini adalah serangan gabungan antara pasukan Suriah dan Rusia. Setiap rudal membawa lusinan bom cluster, menjadikannya kejahatan perang,” tambahnya.
Sumber lokal mengungkapkan 4 serangan udara lanjutan Rusia menyasar daerah sekitar kamp.
Sementara di pinggiran barat dan selatan Idlib menjadi sasaran serangan rudal pemerintah yang mengakibatkan kematian seorang warga sipil.
Serangan Balik
Provinsi Idlib dikendalikan oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), bekas kaki tangan al-Qaeda di Suriah.
Sumber-sumber lokal mengindikasikan bahwa markas militer kelompok itu mungkin terletak di dekat area kamp yang diserang.
HTS mengebom daerah-daerah di bawah kendali pasukan pemerintah di barat dan selatan Idlib sebagai tanggapan atas serangan kamp.
Kantor berita pemerintah SANA mengatakan bahwa serangan kelompok itu melukai seorang anak dan merusak properti sipil.
Serangan itu terjadi sehari setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa HTS sedang mempersiapkan serangan pesawat tak berawak ke pangkalan udara militer Hmeimim Rusia, yang terletak di kota Latakia di Laut Mediterania, di barat daya provinsi Idlib.
Wakil kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah Mayor Jenderal Oleg Yegorov, yang berbasis di Hmeimim, kemarin mengklaim bahwa HTS dan Pertahanan Sipil Suriah bermaksud untuk mengarang dan merekam serangan terhadap para pengungsi di Idlib untuk menuduh Suriah dan Rusia menggunakan fasilitas sipil.
Sebagai tanggapan, Kelompok Pertahanan Sipil mengatakan pada hari Ahad (6/11) bahwa Rusia telah bertahun-tahun menjalankan kebijakan disinformasi dan fabrikasi media, menuduhnya melakukan kampanye disinformasi sistematis sebelum serangannya, mencoba mengalihkan perhatian dari kejahatannya dan menyesatkan publik.
Puluhan aktivis dan jurnalis warga menerbitkan video dan gambar pada hari Ahad (6/11) tentang kehancuran di kamp-kamp pengungsian, serta gambar puluhan orang yang terluka di rumah sakit terdekat.
Jutaan Orang Mengungsi
“Rusia menggambarkan operasinya di Suriah sebagai kisah sukses yang menonjol dan bertujuan untuk mengirim pesan kepada komunitas Rusia bahwa itu adalah kekuatan besar, bahwa itu adalah pihak yang menang dan berpengaruh di dunia ini – untuk menutupi kerugiannya di Ukraina,” Abdul Ghani mengatakan kepada MEE.
Dia menambahkan bahwa serangan Rusia dan Suriah di Suriah utara telah menewaskan sekitar 51 warga sipil, termasuk 22 anak-anak dan lima wanita, sejak awal tahun ini.
Sekitar empat juta warga sipil tinggal di provinsi Idlib, setengah dari mereka mengungsi dari daerah sekitarnya akibat operasi militer pemerintah sebelumnya.
Ini telah melambat sejak perjanjian gencatan senjata 2020 antara Rusia dan Turki, yang mendukung pihak-pihak yang berseberangan dalam konflik.
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengeluarkan arahan bulan lalu untuk memfasilitasi kembalinya warga sipil terlantar, ke daerah Maarat al-Numan di selatan Idlib, meskipun serangan militer Rusia dan Suriah telah menghancurkan sebagian besar rumah dan desa mereka.
Gubernur negara bagian Idlib baru-baru ini mengklaim bahwa 1.600 keluarga pengungsi telah kembali ke Maarat al-Numan.
Sejak awal perang Suriah pada tahun 2011, sekitar 250.000 warga sipil telah tewas, dengan sekitar 14 juta orang mengungsi dari rumah mereka, menurut SNHR.
(Resa/MEE)