ISLAMTODAY ID-Komando Pusat AS melaporkan serangan roket mengenai pos militer Amerika di Suriah.
Insiden itu terjadi di tengah operasi militer Türkiye yang sedang berlangsung melawan milisi Kurdi sekutu AS.
Komando Pusat AS mengutuk para penyerang yang belum teridentifikasi.
CENTCOM mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa setidaknya dua proyektil menargetkan “pangkalan patroli” AS di dekat kota al-Shaddadi di timur laut Suriah Jumat (25/11) malam.
Lebih lanjut, CENTCOM tidak memberikan rincian tentang siapa yang mungkin melakukan serangan itu.
Sementara militer AS tetap diam tentang jenis rudal yang digunakan dalam serangan itu, mereka mencatat bahwa “roket ketiga yang tidak ditembakkan” kemudian ditemukan oleh pasukan Kurdi di “situs asal”, yang menunjukkan bahwa itu bukan serangan lintas batas dan proyektil ditembakkan dari lokasi yang relatif dekat.
“Serangan itu tidak mengakibatkan cedera atau kerusakan pada pangkalan atau properti koalisi,” ungkap militer, seperti dilansir dari RT, Sabtu (26/11).
Juru bicara CENTCOM Joe Buccino menambahkan bahwa serangan “semacam ini menempatkan pasukan koalisi dan penduduk sipil dalam risiko dan merusak stabilitas dan keamanan Suriah dan kawasan yang diperoleh dengan susah payah.”
Serangan roket hari Jumat (25/11) terjadi hanya beberapa hari setelah Pentagon menyuarakan “kekhawatiran yang mendalam” tentang aksi militer yang sedang berlangsung di Ankara, mengklaim bahwa serangan Türkiye “secara langsung mengancam” personel AS yang ditempatkan di pangkalan lain di Suriah.
Berbicara sebelumnya pada hari Jumat (25/11), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa negaranya akan melanjutkan operasinya “tidak peduli dengan siapa teroris berkolusi.”
Kepala pertahanan Ankara, Hulusi Akar, juga menanggapi peringatan AS, dengan menegaskan bahwa “tidak mungkin bagi kami untuk menyakiti pasukan koalisi atau warga sipil” dan bahwa satu-satunya misi Türkiye adalah mengejar kelompok teroris.
Türkiye meluncurkan Operasi Claw-Sword di Irak dan Suriah pekan lalu, melakukan serangan udara dan artileri terhadap kelompok Kurdi yang dianggapnya sebagai sel teroris dan sebagai pembalasan atas pemboman 13 November di Istanbul yang menewaskan enam orang.
Washington telah lama bekerja sama dengan pejuang Kurdi di daerah di bawah payung milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF), dan mempertahankan sekitar 900 tentara di timur laut Suriah meskipun bertahun-tahun keberatan dari pemerintah di Damaskus.
Seorang komandan SDF bersikeras bahwa Washington memiliki “kewajiban moral” untuk mencegah kemungkinan serangan darat oleh sekutu NATO Türkiye.
(Resa/RT)