ISLAMTODAY ID-Berasal dari perjuangan orang-orang Afrika melawan perbudakan dan penjajahan, pan-Afrikaisme mengupayakan persatuan dan solidaritas di antara orang Afrika.
Pembentukan Organisasi Persatuan Afrika sebagai pendahulu Uni Afrika dipandang dipengaruhi oleh gagasan pan-Afrika.
“Negara-negara Afrika harus menghidupkan kembali pan-Afrikanisme,” ungkap Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada forum pertama oleh African Leadership Excellence Academy (AFLEX) di Sutulta, Ethiopia, dengan topik “Reinvigorating Pan-Africanism for a Changing World”.
Sebelumnya Akademi Kepemimpinan Meles Zenawi, AFLEX didirikan kembali pada Juni 2021 untuk memberikan pendidikan bagi para pemimpin pemerintahan nasional.
Di bawah nama barunya, akademi berencana menjadi platform utama bagi para pemimpin dan pemikir Afrika.
Saat berbicara kepada para peserta, termasuk kepala Somalia, Nigeria, dan Uganda yang juga menghadiri forum tersebut, Abiy menggarisbawahi dua tonggak dari forum yang didedikasikan untuk pan-Afrikanisme – merayakan masa lalu dan membayangkan masa depan.
“Saat kita merenungkan perjalanan kita di masa lalu dengan banyak pencapaian dan kemunduran dan saat kita menavigasi dunia yang terus berubah, sangat penting kita juga bermimpi dan menentukan dekade yang ada di depan kita, oleh karena itu, menghidupkan kembali pan-Afrika untuk dunia yang berubah adalah tugas penting yang harus kita ambil dalam aspirasi kita untuk mengartikulasikan dan mengangkat Uni Afrika kita,” ungkapnya, seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (20/2/2023).
Abiy menambahkan bahwa negara-negara Afrika tidak dapat “membiarkan perpecahan yang dibangun, batas geografis, dan ideologi politik membajak cita-cita pan-Afrika.
Menguraikan gagasan pan-Afrika, PM Ethiopia juga menekankan perannya dalam kerja sama antara negara-negara Afrika.
“Pan-Afrikanisme harus berkembang sebagai gagasan integrasi kooperatif, daya saing global, dan hidup berdampingan secara damai,” ujar Abiy.
Krisis kepemimpinan global adalah tanda bagi Afrika untuk bersatu dan melangkah, katanya.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa dunia membutuhkan “merek pemimpin baru” yang dapat mengatur agenda, berpikir kreatif, dan menciptakan solusi.
“Akademi AFLEX dapat membentuk pemimpin seperti itu. Itu didirikan untuk menumbuhkan pembangunan dan pola pikir yang berorientasi pada pertumbuhan,” ungkap kepala negara Ethiopia itu.
Untuk diketahui, Akademi AFLEX adalah lembaga untuk melatih kepemimpinan, penelitian, dan memberi nasihat tentang kebijakan.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa diharapkan untuk menjadi tuan rumah bagi orang Afrika dari seluruh penjuru benua, yang akan berjejaring, mengidealkan, dan merundingkan arah dan takdir Afrika kita tercinta. .”
“Kami membayangkan ini menjadi tempat para pemimpin, akademisi, dan profesional Afrika berkumpul untuk bertukar ide, membuat keputusan, dan menetapkan agenda kontinental. Ini juga akan berfungsi sebagai inkubator pemimpin masa depan di mana tiga generasi pemimpin yang ada, dan yang baru muncul dapat belajar dari satu. Oleh karena itu, pendirian akademi ini merupakan kesaksian komitmen Ethiopia untuk mempertahankan kekayaan pan-Afrika,” tegasnya.
Asal-usul pan-Afrika terkait dengan aktivis dan filsuf keturunan Afrika di Barat.
Di antara permintaan maaf awal yang paling menonjol dari gagasan pan-Afrika adalah orang Afrika-Amerika Martin Delany dan Alexander Crummel.
Pada abad ke-20, pan-Afrikame memainkan peran kunci dalam perjuangan kemerdekaan negara-negara Afrika, dengan Kongres Pan-Afrika ke-5 (1945) dipandang sebagai salah satu peristiwa yang membuka jalan bagi dekolonisasi benua selanjutnya.
(Resa/Sputniknews)