(IslamToday ID) – Kedutaan Saudi di Washington menyatakan tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel sebelum adanya penyelesaian pendudukan ilegal di atas wilayah Palestina.
“Israel memiliki banyak potensi dan normalisasi dapat menghasilkan keajaiban, tidak hanya untuk Israel dan Palestina, tetapi ada potensi perdagangan dan pertukaran budaya serta pertukaran dengan Israel di berbagai bidang,” ungkap Fahad Nazer, juru bicara kedutaan Arab Saudi, seperti dilansir dari MEE, Selasa (13/6/2023).
“Tetapi agar hal itu terjadi, agar kerajaan mengambil langkah itu, kami membutuhkan perselisihan inti [dengan Palestina] untuk diselesaikan.”
Tuntutan lain dari Arab Saudi untuk normalisasi dengan Israel adalah jaminan keamanan dari AS dan bantuan dalam mengembangkan program nuklir sipil.
Selama beberapa bulan terakhir, outlet berita Israel telah melaporkan pembaruan hampir setiap hari tentang upaya pemerintahan Biden dengan Israel dan Arab Saudi. Sebuah laporan oleh Axios bahwa Gedung Putih bertujuan untuk mencapai kesepakatan dalam waktu 6-7 bulan, sebelum pemilu AS berikutnya.
Selain itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah membagikan komitmennya untuk kesepakatan Arab Saudi-Israel kepada kelompok lobi pro-Israel (Aipac).
Nazer menambahkan bahwa posisi Arab Saudi pada normalisasi telah konsisten sejak Inisiatif Perdamaian Arab pada tahun 2002 yang diperkenalkan oleh mendiang Raja Abdullah. Dengan tegas, Arab Saudi menawarkan normalisasi sebagai imbalan perdamaian dengan Palestina yang mencakup solusi dua negara.
Juru bicara kedutaan mengatakan bahwa Riyadh berharap kembali ke negosiasi tahun 2002 yaitu untuk mencoba menyelesaikan perselisihan Palestina-Israel, yang telah membawa banyak rasa sakit dan penderitaan di seluruh wilayah. [res]