(IslamToday ID) – Dalam melalukan tugas Misi Perdamaian Afrika ke Rusia, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa harus melakukan perjalanan tanpa didampingi belasan pengawalnya.
Hal ini terjadi karena pihak berwenang di bandara Warsawa menolak masuknya satu pesawat berisi personel keamanan dan anggota kumpulan pers. Lebih lanjut, Hungaria juga menolak membiarkan pesawat memasuki wilayah udaranya.
Salah satu jurnalis mengatakan kepada RT pada hari Sabtu (17/6/2023) bahwa keputusan Budapest tidak mempengaruhi kunjungan Ramaphosa ke St. Petersburg. Kepala negara sudah berada di Rusia, tiba secara terpisah dengan kontingen yang lebih kecil.
Reporter Afrika Selatan Queenin Masuabi mengkonfirmasi situasi tersebut dalam sebuah posting Twitter, dengan mengatakan: “pemerintah kami tidak dapat mengamankan akses [ke] wilayah udara Hungaria.”
“Anggota Unit Perlindungan Presiden, bersama dengan jurnalis, tidak akan bepergian ke Rusia,” ungkap Masuabi, seperti dilansir dari RT, Sabtu (17/6/2023).
Pada hari Kamis (15/6/2023), Layanan Keamanan Perbatasan Polandia menolak anggota tim keamanan Ramaphosa untuk turun dari pesawat mereka di Bandara Chopin.
Untuk diketahui, tim keamanan Presiden Ramaphosa terdiri lebih dari 100 personel, bersama dengan 20 wartawan.
Menueut salah satu jurnalis, pejabat Polandia telah menuntut anggota Layanan Perlindungan Kepresidenan (PPS) Afrika Selatan menyerahkan senjata mereka, mengklaim bahwa mereka tidak memiliki izin yang benar untuk membawanya ke negara tersebut.
Salah satu anggota tim bahkan dilaporkan digeledah oleh polisi Polandia, meski memegang paspor diplomatik.
“Itu tidak pernah terjadi sebelumnya selama bertahun-tahun perjalanan PPS. Ini sekarang menjadi pertikaian diplomatik,” ungkap reporter itu kepada RT.
Wartawan lain di pesawat mengatakan pihak berwenang Polandia mengizinkan delegasi meninggalkan pesawat pada hari Jumat (16/6/2023) setelah menunggu lebih dari 24 jam.
Di sisi lain, Kepala keamanan Ramaphosa, Mayor Jenderal Wally Rhoode, menuduh Warsawa berusaha menyabotase upaya Pretoria untuk mengamankan gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia.
Sebaliknya, Otoritas Polandia bersikeras bahwa delegasi Ramaphosa memilih untuk tidak turun dari pesawat atas kemauan sendiri. Kementerian Luar Negeri Polandia mengklarifikasi bahwa penerbangan telah ditunda setelah menemukan “materi berbahaya” dan “individu yang tidak dideklarasikan” di dalam pesawat.
Akibatnya, Ramaphosa harus melakukan perjalanan ke Kiev tanpa anggota keamanannya pada hari Jumat. Kepala negara Afrika Selatan, bersama dengan pejabat senior dari Senegal, Mesir, Zambia dan Komoro, bertemu dengan Presiden Vladimir Zelensky di ibukota Ukraina.
Mereka mengajukan peta jalan yang ditujukan untuk penghentian permusuhan antara Kiev dan Moskow, yang diperlakukan oleh kepemimpinan Ukraina tanpa banyak antusias.
Pada hari Sabtu (17/6/2023), Misi Perdamaian Afrika tiba di St. Petersburg untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin. [res]