(IslamToday ID)—Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan Rusia akan melampaui Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak terbesar dalam aliansi OPEC+.
Hal ini disebabkan karena Arab Saudi terus memangkas produksi minyak mentah dalam upaya untuk menurunkan harga supaya dapat mendanai program pengeluaran di dalam negeri.
Pekan lalu, Arab Saudi mengatakan bahwa pengurangan produksi minyak satu juta barel (yang diumumkan pada Juni) akan diperpanjang hingga Agustus, dan dapat diperpanjang lagi.
Pemotongan tersebut menempatkan produksi minyak negara itu pada level terendah dua tahun sebesar sembilan juta barel per hari.
“Produksi minyak mentah Kerajaan akan turun ke level terendah dua tahun sekitar 9 mb/d (juta barel per hari) pada bulan Juli dan Agustus, meninggalkannya di belakang Rusia sebagai produsen minyak mentah utama blok itu,” ungkap IEA dalam laporan yang dirilis pada hari Kamis (13/7/2023).
Untuk diketahui, ini adalah pertama kalinya kerajaan tersebut jatuh di bawah Rusia dalam hal produksi minyak sejak awal 2022.
Arab Saudi berada di garis depan dalam mendorong anggota OPEC+untuk memangkas produksi dalam upaya mengangkat harga yang telah turun sekitar 40 persen selama 12 bulan terakhir.
Sementara Rusia dan Arab Saudi adalah mitra di OPEC+, hubungan mereka telah terguncang oleh perang di Ukraina dan sanksi Barat yang dikenakan pada Moskow.
Rusia telah menguasai pasar reguler Riyadh di Asia dengan harga minyak mentah yang dipotong, sementara kerajaan menjual lebih banyak di Eropa.
Lebih lanjut, Rusia telah membanjiri pasar dengan minyak.
Rusia menarik pembeli dengan menjual minyak mentahnya dengan diskon besar-besaran dan merebut pangsa pasar Arab Saudi di negara-negara besar Asia seperti India dan China.
Namun, peningkatan pasokan Moskow tampaknya akan terhenti.
Pekan lalu, Rusia mengumumkan pemotongan ekspor sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus sebagai bagian dari upaya untuk memastikan bahwa pasar minyak tetap seimbang.
“Output Rusia tampaknya menurun, meskipun lebih lambat dari Arab Saudi,” ungkap IEA dalam laporan pasar bulanannya.
Di sisi lain, Menteri Energi Arab Saudi, Abdulaziz bin Salman, mengatakan keputusan terbaru untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak bersama dengan Rusia yang merupakan langkah membungkam laporan dugaan keretakan antara Moskow dan Riyadh.[res]