(IslamToday ID)—Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer melaporkan bahwa kenaikan harga amunisi berarti Barat menghabiskan lebih banyak uang untuk pertahanan tetapi akhirnya memiliki sedikit stok gudang.
Pejabat NATO sebelumnya telah memperingatkan bahwa militer Ukraina menggunakan lebih banyak amunisi daripada yang dapat diproduksi oleh Barat.
“Harga peralatan dan amunisi meroket. Saat ini, kita membayar lebih dan lebih untuk persis yang sama,” ungkap Bauer setelah pertemuan para kepala pertahanan NATO di Norwegia, seperti dilaporkan oleh Reuters.
“Itu berarti bahwa kita tidak dapat memastikan bahwa peningkatan pengeluaran pertahanan benar-benar menghasilkan keamanan yang lebih,” tambahnya, seperti dilansir dari RT, Ahad (17/9/2023).
Kenaikan harga ini sebagian besar disebabkan oleh konsumsi peluru artileri militer Ukraina, terutama peluru 155mm untuk meriam yang mereka dapatkan dari Barat.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, peringatkan pada bulan Februari bahwa Kiev menghabiskan amunisi ini lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh Barat.
Pada saat itu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengatakan bahwa penasihat-penasihat Amerika sedang menginstruksikan para komandan Ukraina untuk mengutamakan pelatihan tambahan dalam manuver agar bisa menghemat stok peluru 155mm yang semakin menipis.
Tidak jelas berapa banyak peluru 155mm yang telah ditembakkan oleh Ukraina setiap hari sejak serangan balik mereka terhadap pasukan Rusia dimulai pada bulan Juni, tetapi Reuters menyebutkan angkanya sekitar 10.000, sementara media lain mengusulkan angka antara 3.000 hingga 8.000.
Bauer mengatakan bahwa kekurangan amunisi bukanlah penyebab dari kemajuan yang lambat dalam serangan balik.
Sebaliknya, ia menyoroti kerapatan ranjau yang diletakkan oleh Rusia sebagai ancaman utama yang dihadapi oleh tentara Ukraina.
Untuk mengatasi kekurangan amunisi, Bauer mengajak sektor swasta untuk meningkatkan produksi.
“Kestabilan jangka panjang harus mengungguli keuntungan jangka pendek,” ungkapnya.
“Seperti yang kita lihat di Ukraina, perang adalah peristiwa seluruh masyarakat.”
Saat negara-negara NATO mengalirkan puluhan miliar dolar senjata dan amunisi ke Ukraina sejak Februari tahun lalu, para pemimpin Barat memberlakukan sanksi-sanksi yang keras terhadap Rusia dalam upaya untuk melemahkan industri pertahanannya.
Upaya ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan, dan pejabat-pejabat AS melaporkan bahwa Rusia kini memproduksi lebih banyak rudal daripada sebelum konflik dimulai.(res)