(IslamToday ID)—Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan pada hari Senin (9/10/2023) bahwa Rusia dan Liga Arab, semua anggota organisasi ini, dapat dan seharusnya berkontribusi dalam menyelesaikan masalah, terutama mengakhiri pertumpahan darah dan penderitaan warga sipil.
Dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, di Moskow, Lavrov menekankan bahwa mengakhiri pertempuran dan menemukan solusi untuk masalah warga sipil yang sangat menderita dalam situasi saat ini.
Menurutnya, penting juga untuk memperhatikan faktor-faktor yang telah mencegah penyelesaian yang berkelanjutan terhadap masalah Palestina.
Menteri juga mencatat bahwa alasan mengapa konflik ini belum terselesaikan selama beberapa dekade harus dianalisis secara mendalam.
Kelompok perlawanan berbasis Gaza, Hamas, meluncurkan “Operasi Banjir Al-Aqsa” terhadap Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi dengan menembakkan serangkaian roket.
Mereka mengatakan serangan mendadak ini sebagai respons terhadap penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim.
Sebagai balasan, tentara Israel meluncurkan Operasi Swords of Iron terhadap Hamas di Jalur Gaza, yang mengakibatkan setidaknya 560 warga Palestina tewas dan setidaknya 2.900 lainnya terluka.
Setidaknya 800 warga Israel tewas dan lebih dari 2.300 lainnya terluka dalam pertempuran tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Israel.
Lavrov Kritik Barat
Lavrov mengatakan bahwa segala bentuk kekerasan, kerusakan, atau pembunuhan warga sipil, tidak peduli dari pihak mana mereka berasal, “tidak dapat diterima” bagi Rusia.
“Baik Liga Arab maupun Rusia, secara bersamaan hampir secara bersamaan mendesak untuk gencatan senjata segera, mengakhiri pertempuran, setiap bentuk kekerasan, dan beralih ke pembicaraan,” ungkapnya, seperti dilansir dari MEMO, Senin (9/10/2023).
Menteri itu menyatakan keprihatinan atas “ratusan orang tewas” dan “ribuan orang terluka” di kedua belah pihak, menyatakan Jalur Gaza sebagai “sasaran” serangan Israel dan pertempuran di tepi barat Sungai Yordan.
“Potensi konflik terus meningkat di perbatasan Israel-Lebanon,” ungkapnya.
Pejabat tersebut mengkritik Barat karena mengutuk serangan terhadap Israel dan panggilan “untuk menghancurkan teroris,”.
Lebih lanjut, dia mengatakan konflik Israel-Palestina telah mengalami banyak eskalasi, masalahnya adalah bahwa begitu ketegangan mereda, tidak ada upaya yang dilakukan untuk menerapkan solusi dua negara, yang merupakan kunci perdamaian di wilayah tersebut.
“Masalah Palestina tidak dapat ditunda lagi, dan saatnya untuk menerapkan keputusan PBB,” ungkap Lavrov.
Rusia telah beberapa kali mengkonfirmasi minatnya dalam keamanan baik Palestina maupun Israel, tetapi AS berusaha untuk memonopoli upaya mediasi untuk penyelesaian, katanya.
Ahmed Aboul Gheit, dari pihaknya, mengatakan bahwa Liga Arab mengambil posisi yang “logis dan seimbang” dalam konflik tersebut dan berterima kasih kepada Rusia atas posisinya di Dewan Keamanan PBB.
“Sekarang banyak posisi di panggung dunia bersifat dua hala, tetapi Rusia mengambil posisi yang jelas dalam konteks ini. Kami membahas sejumlah topik dan krisis yang berkaitan dengan dunia Arab. Kami memahami bahwa Rusia memainkan peran penting di sini. Misalnya, dalam masalah Suriah, Libya, Sudan,” ungkapnya.(res)