(IslamToday ID) – Serangan Pejuang Hamas hari Sabtu ini merupakan serangan terburuk yang pernah diderita Israel sejak tentara Arab mengobarkan perang pada tahun 1973.
Israel mengakui pihaknya ‘melakukan kesalahan’ karena meremehkan kekuatan Hamas. Israel terkejut dengan serangan Hamas yang hati-hati dan memiliki daya hancur yang besar, dengan kekuatan militan menggunakan buldoser, pesawat layang gantung, dan sepeda motor melawan tentara Israel yang disebut paling kuat di Timur Tengah.
Berikut adalah 5 strategi sukses Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas.
1. Doktrin Hamas Berbeda dengan tentara Israel
Michael Milshtein, mantan kepala intelijen urusan Palestina untuk IDF, mengatakan kepada Sky News: “Israel terkejut dua kali: pertama karena doktrin Hamas, yang sangat berbeda dari cara kita di Israel berpikir tentang strategi atau niatnya. Hamas; dan kedua, dari kemampuan organisasi ini.”
Meskipun Israel diyakinkan bahwa Hamas hanya peduli terhadap lapangan pekerjaan bagi para pekerjanya, para pejuang kelompok tersebut dilatih dan terus dilatih,, kata sebuah sumber yang dekat dengan Hamas kepada Reuters.
Puncaknya adalah para pejuang menyerbu kota-kota Israel, sebagai bentuk balasan kepada Israel yang telah membunuh ratusan warga Palestina.
2. Taktik Intelijen Cerdik yang Menyesatkan Israel
Kelompok Islam Palestina memberi kesan bahwa mereka belum siap berperang, kata sumber yang dekat dengan Hamas.
“Hamas menggunakan taktik intelijen yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menyesatkan Israel selama beberapa bulan terakhir, dengan memberikan kesan publik bahwa mereka tidak bersedia melakukan perlawanan atau konfrontasi dengan Israel sambil mempersiapkan operasi besar-besaran ini,” kata sumber tersebut.
3. Merahasiakan Serangan Operasi Badai Al-Aqsa kepada Para Pejuang Hamas
Para pejuang yang dikerahkan tidak tahu mengapa mereka dilatih menjelang akhir pekan, salah satu sumber juga mengklaim.
Beberapa pemimpin Hamas juga tidak menyadari rencana upaya untuk mengendalikan kebocoran, karena Israel telah lama bangga akan kemampuannya untuk menyusup dan memantau kelompok-kelompok Islam.
Di Tepi Barat, yang dikuasai Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan kelompok Fatahnya, ada pihak yang mengejek Hamas karena diam.
Namun, ternyata diamnya Hamas ini adalah bentuk strategi hebat yang membuat Israel tidak menyangka bahwa akan ada serangan mendadak dari Pejuang Palestina ini.
4. Operasi Terdiri dari 4 Bagian
Ketika harinya tiba, operasi Badai Al-Aqsa dibagi menjadi empat bagian, kata sumber Hamas.
Yang pertama adalah rentetan 3.000 roket yang ditembakkan dari Gaza, sementara para pejuang menerbangkan pesawat layang gantung atau paralayang bermotor melintasi perbatasan.
Begitu para pejuang berada di darat, mereka mengamankan medan sehingga unit komando elit dapat menyerbu tembok elektronik dan semen yang dibangun oleh Israel untuk mencegah infiltrasi.
Para pejuang menggunakan bahan peledak untuk menerobos penghalang dan kemudian melaju dengan sepeda motor.
Buldoser memperlebar jarak dan semakin banyak pesawat tempur yang masuk dengan kendaraan roda empat. Sebuah unit komando kemudian menyerang markas tentara Israel di Gaza selatan dan menghentikan komunikasi untuk mencegah personel berbicara satu sama lain.
Tahap terakhir adalah pemindahan sandera ke Gaza, yang sebagian besar dilakukan pada awal serangan, kata sumber yang dekat dengan Hamas.
5. Memanfaatkan Sistem Intelijen Israel yang Buruk
Pensiunan Jenderal Yaakov Amidror, mantan penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu bahwa serangan tersebut merupakan “kegagalan besar sistem intelijen dan aparat militer di selatan”.
Kegagalan intelijen ini berhasil dimanfaatkan Hamas untuk melakukan serangan yang tidak terduga sehingga Israel tidak siap untuk mencegah apalagi melawan dengan maksimal. [sya]