(IslamToday ID) – Sebanyak 37.000 pria Palestina dan rumah mereka terdaftar oleh Lavender sebagai target potensial serangan di Jalur Gaza oleh militer Israel. Itu terungkap berdasarkan temuan penyelidikan terbaru.
Lavender merupakan sistem kecerdasan buatan yang dirancang dan dikembangkan oleh Unit 8200 untuk menandai semua tersangka anggota sayap bersenjata kelompok Palestina, yakni Hamas dan Jihad Islam, sebagai target pemboman.
Daftar pembunuhan Lavender sendiri telah mendapat persetujuan luas dari militer Israel, tanpa perlu memeriksa data mentah secara menyeluruh.
“Ada sejumlah (pemboman) yang tidak masuk akal dalam operasi ini,” kata B, seorang perwira intelijen senior, seperti dikutip dari Anadolu, Senin (8/4/2024).
“Ini tidak ada bandingannya, dalam ingatan saya. Dan saya lebih percaya pada mekanisme statistik dibandingkan seorang tentara yang kehilangan temannya dua hari lalu. Mesin melakukannya dengan dingin. Dan itu membuatnya lebih mudah,” lanjutnya.
Sebuah sumber lain mengatakan bahwa perwira militer hanya akan memberikan waktu “20 detik” pada setiap sasaran sebelum mengizinkan serangan udara, meskipun sistem AI membuat “kesalahan” pada sekitar 10 persen kasus.
Hasilnya, lebih dari 33.000 warga Palestina, kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak atau orang-orang yang tidak terlibat dalam pertempuran, musnah dalam serangan gencar Israel.
Masih dari sumber yang sama. Menurut dua sumber lain, pada minggu-minggu awal perang Israel di Gaza, pasukan Israel diizinkan membunuh 15-20 warga sipil selama serangan udara terhadap sasaran-sasaran tingkat rendah.
Serangan terhadap sasaran tersebut dilakukan dengan menggunakan amunisi terarah yang dikenal sebagai “bom bodoh”, yang dapat menghancurkan seluruh bangunan dan menimbulkan banyak korban jiwa.
Sumber lain mengatakan bahwa mereka secara pribadi telah mengizinkan pemboman “ratusan” rumah tersangka agen junior yang ditandai oleh Lavender.
Menurut sumber tersebut, jika sasarannya adalah pejabat senior Hamas dengan pangkat komandan batalion atau brigade, maka tentara Israel dalam beberapa kesempatan mengizinkan pembunuhan lebih dari 100 warga sipil untuk menewaskan seorang komandan Hamas.
Namun tentara Israel menolak laporan tersebut, dan mengklaim bahwa setiap target diperiksa secara individual, sementara penilaian individual dilakukan berdasarkan kepentingan militer dan kerusakan tambahan yang diperkirakan terjadi akibat serangan tersebut. [ran]