IslamToday ID—Hari ini 17 Agustus 2020, Indonesia berusia 75 tahun. Dalam pidato kenegaraannya, Presiden Jokowi mengatakan bawah Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk membangun bangsa. Faktanya, ratusan desa di Indonesia belum mendapat aliran listrik dan belum memiliki akses jalan yang baik.
Dalam naskah pidatonya untuk Peringatan HUT RI ke 75, PResiden Jokowi mengatakan pada tahun 2019, Indonesia memiliki banyak capaian di bidang pengolahan energy, hilirisasi bahan mentah, termasuk baturaba dan nikel. Hilirisasi nikel bahkan digadang- sangat strategis bagi perekonomian Indonesia dan menyerap banyak tenaga kerja.
Presiden juga mengatakan, akan membangun kawasan –kawasan industry. Bahkan, super koridor industry di pantai utara Jawa. Kawasan Industri Batang serta Subang- Majalengka juga sedang dikembangkan dalam waktu singkat, Tujuannya untuk meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh pelosok negeri.
“Kawasan industri serupa juga akan dibangun di berbagai daerah di seluruh Indonesia, yang selalu bersinergi dengan kewirausahaan masyarakat dan UMKM, untuk menyediakan kesempatan kerja bagi generasi muda yang belum bekerja, dan meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh pelosok negeri,” kata Presiden Jokowi dalam naskah Pidato Kenegaraan HUT RI ke-75 yang disampaikan pada Sidang tahunan MPR RI Tahun 2020, Jum’at (14/8/2020)
Faktanya, kewajiban pemerintah untuk mensejahterakan rakyat belum tuntas. Ratusan desa di Kepulauan Nias, Sumatera Utara (Sumut) misalnya hingga kini belum juga mendapatkan aliran listrik. Seperti di Desa Wango, Orahili Idanoi, Tuhemberua, dan beberapa desa lainnya di Kabupaten Nias Barat.
Selain tidak mendapatkan aliran listrik mereka juga tidak memiliki akses jalan yang memadai. Untuk mengakses desa-desa tersebut dibutuhkan waktu berjam-jam lamanya sebab jalan yang ada hanya jalan setapak dengan kondisi yang rusak parah.
Ma’ato Halawa (30) warga di Dusun I, Desa Wango, Kecamatan Lolofitu Moi, Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara ketika musim hujan tiba atau pun ketika air pasang di sungai, mereka akan sulit untuk berpergian ke desa-desa lain. Sebab jalan yang ada hanyalah jalan setapak dan juga perkebunan milik warga.
Keijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) menyulitkan mereka. Sebab, sejak kecil hingga kini ia belum pernah merasakan aliran listrik dari PLN. Selama ini ia dan orang tuanya selalu mengandalkan mesin genset dan mesin panel tenaga surya yang kadang kala rusak, akibat penggunaan yang dilakukan secara terus menerus.
“Pak Presiden Jokowi kami mohon perhatikan warga di desa terpencil ini, apalagi masa pandemi Covid-19, anak-anak harus belajar di rumah, juga telekomunikasi yang masih kurang memadai,” tutur Ma’ato (13/8/2020).
Belum masuknya aliran listrik dari PLN membuat anak-anak di desanya selama ini hanya mengandalkan lampu ‘teplok’ atau lampu minyak untuk belajar. Kadang kala hidung mereka penuh warna hitam akibat asap lampu yang terbuat dari botol, selain itu rambut mereka kadang terbakar akibat terlalu dekat dengan lampu teplok.
Biaya membeli minyak tanah untuk menyalakan lampu teplok terbilang mahal. Mereka harus merogoh uang Rp 12 ribu untuk 1 liter minyak tanah. Hidup tanpa listrik dan mahalnya minyak tanah membuat sebagain besar warga tidak bisa bertahan. Banyak diantara mereka yang memutuskan pindah ke desa lainnya. Kini desa hanya tersisa ratusan Keluarga saja didesa itu. Sebab biaya
Salah seorang ibu rumah tangga bernama Yarnima Waruwu (32) selama ini telah menunggu pihak PLN untuk bisa mengalirkan listrik ke desanya. Ia mengaku sangat menderita tanpa aliran listrik. USahanya juga harus lekas tutup jika petang menjelang.
“kami sangat menderita, tidak masuk lampu, setiap malam, usahanya cepat tutup,” ucap Yarnima (3/8/2020).
Ketiadaan akses listrik PLN di beberapa desa di Nias pun diakui oleh Kepala PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Nias, Darwin Simanjuntak.
“Benar, hingga kini banyak desa yang belum dialiri listrik,” tutur Darwin (13/8/2020).
Namun Darwin mengklaim jika pelayanan listrik di Pulau Nias telah mencapai 90 persen. Realisasi pemerataan listrik PLN tersebut tertunda akibat adanya pandemi Covid-19. Belum lagi hambatan lokasi-lokasi desa yang sangat terpencil akibat faktor geografis dan juga akses jalan yang sulit.
“Banyak desa yang belum dialiri karena lokasi geografis,” ucap Darwin.
Tak hanya di luar jawa, di Pulau Jawa tepatnya di Provinsi Jawa Timur juga masih ada wilayah belum menerima aliran listrik. Sperti di Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo. Selain belum dialiri oleh listrik, di desa yang terletak di dataran tinggi ini juga tidak memiliki fasilitas pendidikan untuk anak usia dini dan juga fasilitas kesehatan.
“Memang benar sebagian warga belum menikmati listrik. Tetapi banyak yang sudah nyalur listrik satu sama lain. Karena mereka tidak memiliki meteran sendiri,” terang Camat Kotaanyar Teguh Prihantoro dikutip dari radarbromo.co.id (13/8/2020).
Data Kemendes PDTT
Sementara itu pada bulan Maret lalu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mewacanakan bahwa seluruh desa di Indonesia akan menerima aliran listrik pada bulan Agustus ini. Berdasarkan data kementerian terdapat 433 desa yang belum mendapat aliran listrik.
“Indonesia itu maju jika desa juga maju. Namun, bagaimana desa itu bisa maju kalau masih ada sekitar 433 desa yang belum dialiri listrik, padahal Indonesia sudah hampir 75 tahun merdeka,” jelas Budi Arie Setiadi, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (11/3/2020).
Dalam catatan Kemendes PDTT terdapat kurang lebih 15 .000 KK dari 433 desa yang belum terjangkau oleh listrik. Mereka tersebar di 4 provinsi, yang terdiri atas Provinsi Papua (325 Kampung), di Papua Barat (102 Kampung), di NTT (5 Desa), dan Maluku (1 desa). Kondisi geografis desa tersebut menjadi salah satu kendala yang yang menyebabkan desa tersebut belum juga dialiri oleh listrik.
“PLN telah menemukan teknologi yang disebut Talis atau Tabung Listrik. Ini tempat penyimpanan listrik seperti Accu jika di mobil atau Power Bank yang besar. Bakal disiapkan juga charging unit dengan disesuaikan kondisi geografis wilayah itu,” terang Budi.
Pada September tahun 2019 lalu rasio elektrifikasi desa di Indonesia telah mencapai 86 persen. Saat itu PLN berjanji akan terus melanjutkan program listrik di pedesaan.
“Tentu rasio ini akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah desa yang dialiri listrik oleh PLN,” kata Vice President Public Relation Pertamina Dwi Suryo Abdullah (24/10/2019).
Penulis: Kukuh Subekti