IslamToday ID – Upaya pembusukan terhadap Din Syamsuddin terbongkar. Din merupakan pengurus dan anggota Majelis Wali Amanat – Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia juga merupakan inisiator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Operasi pembusukan ini terungkap dari mencuatnya laporan keuangan proyek DinS milik Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR ITB). Proyek tersebut menelan biaya Rp 50.321.060,00.
“Ini adalah laporan keuangan Project Din S, kayaknya Din S yang dimaksud adalah pak Din Syamsuddin. Ini laporan keuangan yang dilaporkan oleh GAR dan beredar di beberapa wa group juga,” kata Doktor Sosiologi Politik Universitas Indonesia (UI) Arief Munandar dalam channel youtubenya Bang Arief (18/02/2021).
Lanjut Arief, laporan keuangan tersebut patut untuk ditelusuri lebih lanjut. Pasalnya, goal dari proyek ini ialah pemakzulan Din dari anggota Majelis Wali Amanat (MWA) ITB.
Laporan tersebut dengan jelas memaparkan adanya 71 alumni ITB yang ikut patungan membiayai proyek pembusukan tersebut. Total iuran 71 Alumni ITB dalam laporan itu mencapai Rp 41.834.579,00.
“Sampai disini gue mikir, kok ada ya alumni ITB yang cerdas, kritis ya itu mau cawe-cawe di urusan seperti ini,” ujar Arief penuh rasa heran.
9 Juni 2020
Tak hanya itu, fakta mengejutkan juga terdapat dalam laporan keuangan GAR ITB. Upaya propaganda pemakzulan Din Syamsuddin telah dilakukan sejak 9 Juni 2020.
terbukti, ada laporan keuangan pemasangan spanduk bertuliskan Pecat Din Syamsuddin 9 juni 2020 yang nilainya mencapai Rp 5.260.000,00. Tertulis juga biaya penjagaan spanduk.
Biaya pemasangan spanduk tidak hanya sekali. Setidaknya ada dua spanduk lagi yang berkaitan dengan misi pemakzulan Din Syamsuddin.
Yakni spanduk pemecatan tertanggal 5 Agustus 2020 dengan biaya senilai Rp 3.930.000,00. Spanduk berikutnya tentang MWA dengan biaya senilai Rp 1.739.000,00.
Biaya Rilis Pres
Biaya lain yang juga dibiayai oleh GAR ITB adalah biaya pengiriman surat terbuka dan rilis pers. Anggaran yang dikeluarkan GAR untuk kegiatan ini sangat besar. Nilainya mulai dari Rp 699.000,00 hingga Rp 1.274.000,00
“Budget untuk masing-masing tadi rilis dan kirim surat ini cukup gede ya, beberapa diantaranya bahkan itu more than 1 juta gua ga tau ini kirim surat kemana ya?” tutur Arief.
Laporan lain yang juga cukup mengejutkan adalah adanya anggaran untuk delegasi ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Pada laporan keuangan tertulis kunjungan delegasi KASN tanggal 10 November 2020 itu berbiaya Rp 2.291.600,00.
Langkah Massif
Menurut Arief, laporan tersebut dibuat untuk menimbulkan kesan adanya akuntabilitas dan profesionalitas. Sebaliknya, laporan keuangan tersebut justru semakin menunjukan adanya gerakan terselubung dan massif di balik manuver GAR ITB.
“langkah-langkah lain yang lebih massif yang ga boleh ketahuan ya, bisa jadi termasuk adanya tangan-tangan yang bermain di balik manuver-manuver GAR itu sendiri,” kata Arief.
Mencatut Nama
Arief mengungkapkan, bahwa profesionalitas GAR sesungguhnya telah lama tercoreng. Salah satunya melakukan pencatutan sejumlah nama. Yakni dalam gerakan 2000 Alumni ITB mendukung pencopotan Din dari MWA ITB pada Agustus 2020.
“Catut mencatut ini kan menggambarkan etika publik yang buruk, rendah sekali,” ungkap Arief
Lanjutnya, peristiwa pencatutan nama itu membuat kegaduhan. Bahkan sampai direspon oleh humas ikatan alumni ITB Jakarta.
Arief menambahkan, Humas ITB Jakarta mengajak mereka yang namanya dicatut oleh GAR untuk mengadukan masalah ini ke ranah hukum. Sebab, pencatutan nama tanpa izin merupakan tindak kejahatan yang serius. Bahkan, bisa dijerat dengan pasal 378 KUHP dan pasal 27 serta pasal 45 UU ITE.
Lanjutnya, per 7 Januari 2021 pukul 10.00 wib setidaknya sudah ada 17 alumni ITB yang melakukan melaporkan jika nama mereka dicatut GAR ITB.
“nah mayoritas mengaku tidak menyetujui isi publikasi GAR ITB,” uangkap Arief.
Melawan GAR ITB
Arief menyebut petualangan kotor GAR ITB mendapat pelawanan dari para alumni ITB yang menamakan diri Keluarga Alumni ITB Penegak Pancasila Anti Komunis (KAPPAK).
KAPPAK meminta agar alumni ITB secara resmi segera mengeluarkan sikap terkait GAR ITB.
“Meminta agar ikatan alumni ITB segera bersikap terhadap kelompok GAR ini yang dalam beberapa kejadian secara terbuka justru menunjukan sikap yang tidak proporsional dan intoleran. Karena apa, mengusik anggota MWA yang jelas terpilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” tutur Arief.
KAPPAK juga meminta ikatan alumni ITB hingga rektor ITB segera mengambil tindakan tegas terhadap GAR ITB. Pasalnya, tindakan GAR ITB dinilai telah mencederai eksistensi ITB, sebagai kampus lahirnya para cendekiawan.
Pers dan Kampus
Menurut Arief dalam demokrasi ada dua elemen yang perlu dijaga independensinya, yakni universitas dan pers. Keduanya harus menjadi oposisi permanen terhadap pemerintahan. Sebab keduanya bertanggungjawab sebagai control sosial.
Menurutnya, akan sangat berbahaya jika para kaum-kaum intelektual di universitas dan pers tunduk terhadap kekuasaan.
“Bahaya kalau dua ini tadi ya institusi ya kampus dan pers kemudian berubah menjadi pendukung dan penjilat kekuasaan maka ini merupakan lonceng kematian terhadap demokrasi kita dan kita tentu kita tidak menginginkan hal itu,” pungkasnya.
Penulis: Kukuh Subekti, KanzunD