(IslamToday ID) – Kebisingan dan residu politik akibat gelaran pemilu dalam lima tahun terakhir tak bisa dipungkiri masih terus menghiasi kehidupan kita. Alih-alih produktif, bangsa ini semakin tersekat dan terpilah berdasarkan preferensi pilihan politik.
Menanggapi fenomena ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar seluruh kader, anggota, dan tokoh Muhammadiyah untuk tidak ikut terseret arus partisan yang dianggapnya penuh dengan kemudaratan.
“Jangan sampai perbedaan politik itu berkepanjangan. Pemilunya sudah lalu baik legislatif, Pilpres, Pilkada, lho kok ceritanya masih panjang? Pengaruhnya masih panjang? Dan di medsos masih terus direproduksi. Seharusnya kan tidak,” ungkap Haedar dalam iftitah peresmian Masjid Al-Ukhuwah, Katingan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah seperti dikutip dari Muhammadiyah.or.id, Sabtu (6/3/2021).
Menurutnya, semakin dewasa usia sebuah bangsa seharusnya diikuti oleh kematangan cara berpolitik dan bermuamalah.
“Nah Muhammadiyah, kader Muhammadiyah, tokoh Muhammadiyah harus matang dalam berpolitik, berbangsa, bernegara, bermasyarakat. Jangan terus-terusan mengembangkan hal yang berlalu. Nanti malah tidak banyak manfaatnya, kita bisa-bisa tambah banyak dosanya,” jelas Haedar.
Terkait kritik terhadap kebijakan publik, Haedar menegaskan bahwa Muhammadiyah akan terus melakukannya secara terukur, arif, dan sesuai dengan ciri dan kepribadian Muhammadiyah.
“Tidak lewat orang per orang. Orang per orang sebagai warga bangsa silakan, tapi jangan mengatasnamakan persyarikatan. Begitu pun sebagai warga itu ingat, dalam hak diri kita, ada hak orang lain. Jadi kearifan, kebijaksanaan, tajdid dan dakwah kita ini harus diikat dalam semangat ukhuwah yang fitrah dan otentik,” tutupnya. [wip]