(IslamToday ID) – Perwakilan maskapai Lion Air Group milik Rusdi Kirana bertemu dengan lessor (pihak pemberi sewa) pesawat untuk menjelaskan kondisi maskapai berlogo singa merah itu.
Dalam ulasan flightglobal.com yang berjudul “Lion Air Asserts Longevity Amid French SPV Dilemma” pada Senin (14/6/2021), ada penjelasan tentang Lion Air yang masih akan terus bertahan walaupun saat ini Rusdi Kirana tengah membangun maskapai baru Super Air Jet (SAJ). Tulisan ini juga menjawab pertemuan usai melakukan negosiasi restrukturisasi sewa pesawat.
Diceritakan, pertemuan dilakukan setelah 15 bulan proses negosiasi restrukturisasi yang panjang, di mana saat ini maskapai telah mencapai kesepakatan prinsip dengan lessor.
Lion dan mitra transportasi in-house lessor yang berbasis di Singapura telah mengatur negosiasi dengan lessor, dipimpin oleh putri Rusdi, Dea bersama Glenys Kirana dan Rebecca Cox seorang penasihat umum lessor.
Dalam pertemuan virtual 3 Juni, Kirana menepis rumor bahwa ia berencana menutup Lion Air dan fokus dan Super Air Jet (SAJ) maskapai penerbangan Indonesia baru dalam proses pengajuan sertifikat operator udara, menurut empat orang yang bergabung dalam pertemuan itu.
“Dia mengatur pertemuan untuk mengatakan, kami di sini untuk bertahan, kami di sini untuk tinggal, kami tidak akan bangkrut,” kata seseorang yang menghadiri pertemuan itu seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Orang kedua menambahkan, tentu saja Kirana menghabiskan banyak waktu bahwa Lion Air tidak akan gulung tikar dan Super Air Jet ada untuk kepentingan Lion Air, dan tujuan utama SAJ adalah membuat Lion Air lebih kompetitif, sehingga bisa melunasi utang besar kepada lessor.
Lion dan TP tahun lalu mengusulkan pembayaran tunggakan dari hasil penawaran umum perdana yang akan dilakukan sekarang hingga 2027. Lessor memandang pendekatan itu dengan skeptis, mengingat pada 2027 Lion akan IPO selama 23 tahun.
Lessor sedang dalam proses negosiasi untuk menyewakan pesawat baru ke SAJ. Banyak industri juga tertarik melakukan bisnis dengan maskapai berseragam cokelat ini.
“Di kondisi normal, tidak ada yang berani menyentuh Lion dengan tongkat, tapi berbeda ketika Anda mendapat banyak pesawat yang dikembalikan dan ada yang baru masuk di buku pesanan. Dan Anda harus menemukan rumah untuk mereka,” kata seseorang yang terlibat dalam negosiasi.
Selain meyakinkan lessor tentang umur panjang Lion, dan menghilangkan kekhawatiran mereka tentang SAJ, tujuan lain pertemuan itu untuk memperbarui lessor tentang tindakan hukum di Inggris dan Perancis yang diprediksi Lion Air Group dapat berdampak pada entitas Perancis yang digunakan oleh beberapa lessor.
Sementara itu, maskapai penerbangan Super Air Jet dan perusahaan penerbangan carter Flyindo Aviasi Nusantara (FAN) dikabarkan mendapat suntikan dana dari pemilik Lion Air Group senilai 67,8 juta dolar AS atau Rp 968 miliar.
Transfer dana hampir Rp 1 triliun itu dilakukan melalui rekening Lion Mentari di Bank Negara Indonesia (BNI) yang terjadi pada 2 Februari 2021 dan dilakukan dalam dua transaksi yakni Rp 518 miliar dibayarkan ke Super Air Jet dan Rp 450 miliar ke FAN. Hal itu diketahui dari salinan rekening koran Lion Mentari yang diterima Debtwire.
Berdasarkan laporan Debtwire, kedua maskapai penerbangan baru tersebut dikendalikan oleh keluarga yang sama dari Rusdi Kirana selaku pemilik Lion Air Group.
Namun, tak diketahui alasan pasti Lion Group mentransfer dana tersebut ke Super Air Jet dan FAN. Dua sumber Debtwire menyatakan, transaksi itu terjadi ketika pembicaraan restrukturisasi utang Lion Mentari terus goyah.
“Dengan demikian, adanya transfer tersebut menyoroti kemungkinan bahwa keluarga Kirana mungkin berniat untuk menjauh dari Lion Air yang kondisinya sedang tertekan, untuk berkonsentrasi pada maskapai penerbangan berbiaya rendah dan FAN yang lebih baru,” sebut sumber Debtwire.
Menurut dua sumber industri penerbangan yang mengetahui situasi tersebut, tiga perusahaan leasing pesawat yakni Avolon Holdings, CDB Aviation, ICBC Leasing telah menyewakan atau sedang dalam diskusi untuk menyewakan sebagian dari 30 pesawat baru ke Super Air Jet.
Avolon adalah lessor utama Lion Air Group dan tampaknya memiliki strategi untuk mendukung Super Air Jet dengan harapan akan keluar dari krisis yang disebabkan oleh Covid-19 ini.
Avolon kemungkinan bertaruh bahwa Super Air Jet akan memimpin pasar meninggalkan Lion Air yang tengah terkepung secara finansial dan tidak dapat bersaing di pasar maskapai penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier/LCC) domestik.
Namun demikian, Volon, CDB Aviation, dan ICBC Leasing tidak menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.
Super Air Jet diketahui berencana untuk segera beroperasi sebagai maskapai berbiaya rendah dan sedang dalam proses mendapatkan Sertifikat Operasi Angkutan Udara atau Air Operation Certificate (AOC). Begitu pula dengan FAN yang diyakini telah mengajukan AOC.
Super Air Jet dimiliki oleh Farian dan Davin Kirana, masing-masing adalah putra dari kedua bersaudara Kusnan dan Rusdi Kirana, yang sama-sama mendirikan Lion Air Group pada tahun 1999. [wip]