(IslamToday ID) – Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo membantah telah membeli barang-barang mewah menggunakan uang dari keuntungan perusahaan kargo ekspor benur. Ia mengaku memiliki penghasilan besar khususnya saat menjadi anggota DPR.
Awalnya, jaksa mengklarifikasi Edhy terkait keterangan mantan sekretaris pribadinya, Amiril Mukminin yang menyebut pembelian tanah di Desa Cibodas, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung berasal dari rekening komisaris PT ACK, Achmad Bahtiar dan Amri. Edhy pun membantah keterangan itu.
“Saya tidak tahu itu uang dari Achmad Bahtiar atau Amri, yang saya yakin saya memiliki uang yang dipegang Amiril,” kata Edhy dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (17/6/2021).
Edhy mengaku sama sekali tidak tahu ada uangnya yang dikelola Amiril berasal dari rekening komisaris PT ACK. Ia juga menyebut belanja barang-barang mewah selama kunjungan kerja di Amerika Serikat (AS) menggunakan uangnya yang dipegang Amiril.
“Saya merasa itu uang saya dan tidak tahu ada dari PT ACK,” ungkapnya.
Edhy lantas menjelaskan dari mana sumber penghasilan yang ia dapat untuk membeli tanah dan sejumlah barang mewah lainnya. Ia mengaku telah mengumpulkan uang sejak menjabat sebagai anggota DPR.
“Pertama saya jadi anggota DPR RI satu periode di periode kedua itu saya cukup menabung, saya yakin ada lebih dari Rp 10 juta uang itu dari dia, dari perjalanan-perjalanan dinasnya, dari kunjungan kerjanya, sekali kunjungan kerja yang 5 kali setahun itu hampir Rp 400 juta ke Sumsel. Kemudian kunjungan daerah pemilihan selama 6 kali setahun itu Rp 175 juta sekali kunjungan. Kemudian saya punya anggaran reses, ada anggaran kunjungan kerja, ada anggaran kunjungan kerja luar negeri yang itu bisa sampai 5 kali, karena saya sebagai ketua komisi dan fraksi DPR. Ada uang-uang representasi MPR,” jelasnya.
Edhy menyebut dirinya bahkan bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 5 miliar per tahun selama menjabat sebagai anggota DPR.
“Saya bisa hitung setahun itu, kalau pun kita mau ungkap globalkan itu setahun bisa mengumpulkan Rp 5 miliar. Tapi itu bukan hak pribadi saya, makanya tidak saya pulangkan ke rumah, saya kelola ke Amiril,” sambungnya.
Edhy turut menjelaskan punya penghasilan lain sebagai pengurus organisasi pencak silat. Ia mengaku sering mencari bantuan dana untuk penyelenggaraan kejuaraan.
“Saya beberapa kali mimpin ditunjuk jadi manajer tim pencak silat dalam event SEA Games saja sudah 3 kali, kejuaraan dunia 2 kali, dan yang ketiga kali yang tuan rumah saya sebagai penyelenggara ditunjuk dihadiri Presiden Jokowi. Yang terakhir saya sebagai manajer yang paling prestisius yang saya sangat bangga sebagai manajer pencak silat Asian Games sebagai tuan rumah dan setiap event itu saya juga kan mengumpulkan uang, minta bantuan karena anggaran dari negara juga sangat kecil,” ucapnya.
Edhy juga sempat mengungkit prestasi 14 medali emas di Asian Games 2018 lalu. Ia bahkan menyebut prestasi itu akan sulit kembali diulang meski Indonesia kembali menjadi tuan rumah.
“Di Asian Games bapak bisa lihat saya menyumbang 14 emas untuk Indonesia dan saya yakin kalau pun akan ada Asian Games lagi di Indonesia, tidak akan mungkin lagi dapat 14 emas dari 16 nomor yang dipertandingkan, tidak sulap itu benar-benar asli,” ungkapnya.
“Dari semua kegiatan ini ada uang-uang sisa, dan uang itu pun kalau dibantu saya nggak pegang pak, saya pasti minta Amiril,” jelasnya.
Ogah Disebut Foya-foya
Edhy juga ogah disebut berfoya-foya saat berbelanja barang-barang mewah di Amerika Serikat (AS) dalam rangka kunjungan kerja. Ia menyebut hanya ingin menghibur istrinya.
Awalnya, Edhy menjelaskan soal permintaan kepada sekretaris pribadinya, Amiril Mukminin, untuk mengganti kartu kreditnya. Hal itu ia minta agar bisa berbelanja dalam jumlah besar di AS.
“Saya minta Amiril untuk dibikinkan kartu kredit karena kartu kredit saya gold, saya minta yang platinum supaya bisa transaksinya cukup besar daripada gold hanya Rp 100 juta,” kata Edhy.
Ia mengatakan telah meminta kartu tersebut sepekan sebelum keberangkatan ke AS. Ia akhirnya menerima kartu Debit Emerald Personal atas nama asisten pribadi istrinya, Ainul Faqih.
“(Saya minta) Seminggu sebelum berangkat ke AS. Tapi pelaksanaannya akhirnya nggak ada, saya nggak paksa, baru beliau (Amiril) terakhir nawari Emerald itu,” jelasnya.
Edhy mengaku sempat tidak berani menggunakan kartu itu. Namun, Amiril meyakinkannya kalau kartu itu telah diisi menggunakan uang miliknya.
“(Saya terima kartu debit) Pas saya di mobil menuju ke bandara. Saya tanya, “Ini kartu bahaya nggak, ini punya orang saya pakai’. (Kata Amiril) ‘Oh nggak pak, itu sudah saya isi pakai uang bapak’,” kata Edhy.
Ia ogah disebut berfoya-foya selama berbelanja di AS. Hal itu ia lakukan untuk menghibur istrinya, Iis Rosita Dewi, yang belum lama terkena Covid-19 dan sebagai kado pernikahan.
“Tadi masalah ATM (milik) Faqih, saya tidak minjem ATM itu, saya cuma, ‘Ril (Amiril) bisa nggak dibikin kartu kredit yang bisa digunakan cukup besar, karena ini saya harus hibur ibu, karena hari anniversary saya, beliau kena Covid, kita kena Covid, nggak ada ulang tahunnya juga pas lagi Covid, siapa tahu dalam perjalanan ini saya bisa hibur traktir,” kata Edhy.
Edhy menilai tindakan yang ia lakukan wajar selayaknya seorang suami kepada istrinya. Ia bahkan menolak disebut berfoya-foya.
“Saya pikir itu hal yang wajar sebagai seorang suami yang jarang memberikan kesempatan, kesenangan ke istri. Ya memang ini risiko saya kalau akhirnya harus di-bully publik soal foya-foya, nggak pak saya nggak foya-foya. Bapak bisa cek sebagai ketua komisi saya punya apa. Ini yang mau saya ceritakan situasinya,” jelasnya.
Dalam sidang ini, yang duduk sebagai terdakwa adalah Edhy Prabowo. Edhy didakwa menerima suap dengan total Rp 25,7 miliar dari pengusaha eksportir BBL atau benur. Penerimaan suap ini disebut jaksa dilakukan Edhy bersama stafsus, sekretaris pribadi, dan seorang swasta dari PT ACK. [wip]