(IslamToday ID) – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor-impor Indonesia di bulan Mei 2021. BPS mencatat impor migas RI pada Mei 2021 mencapai 2,06 miliar dolar AS, naik 1,9 persen dibandingkan April 2021 (month to month/mtm) atau naik 213,61 persen dibandingkan Mei 2020 (year on year/yoy).
Kenaikan nilai impor migas pada Mei 2021 disebabkan oleh bertambahnya nilai impor hasil minyak sebesar 273 juta dolar AS (27,05 persen) menjadi 1,28 miliar dolar AS pada Mei dibandingkan April 2021, dan gas 19 juta dolar AS (6,84 persen) menjadi 297,2 juta dolar AS dari 278,2 juta dolar AS pada April 2021.
Namun, nilai impor minyak mentah justru turun 253,5 juta dolar AS (34,45 persen) menjadi 482,4 juta dolar AS pada Mei 2021 dari 735,9 juta dolar AS.
Dari sisi volume, kenaikan impor migas ini memang terlihat dari peningkatan impor bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dengan RON 88 atau premium dan bensin dengan RON 90 ke atas atau pertamax.
Berdasarkan data BPS, impor BBM pada Mei 2021 melonjak 19 persen menjadi 2,05 juta ton dari 1,73 juta ton pada April 2021. Lonjakan ini terutama untuk BBM transportasi darat seperti premium dan pertamax.
Impor Pertamax pada Mei melonjak 77 persen menjadi 789.140 ton dari 445.790 ton pada April 2021. Sementara impor premium naik sebesar 38 persen menjadi 575.440 ton dari 417.340 ton pada April 2021.
Sementara impor untuk bahan bakar pesawat seperti aviation turbine (avtur) pada Mei ini masih tidak ada. Begitu pun dengan impor aviation gasoline (avgas) pada Mei tidak ada, menurun dibandingkan pada April 2021 yang masih ada impor 326,8 ton.
Adapun impor untuk bahan bakar diesel pada Mei 2021 ini mengalami penurunan 32 persen menjadi 333.080 ton dari 487.950 ton pada April 2021. Penurunan ini terutama untuk jenis High Speed Diesel (HSD) yang anjlok 57 persen menjadi 167.970 ton dari 391.310 ton pada April 2021.
Sedangkan kenaikan impor gas pada Mei 2021 sebesar 17 persen menjadi 600.730 ton dari 511.540 ton pada April 2021.
Kondisi sebaliknya terjadi pada impor minyak mentah, di mana impor pada Mei 2021 mengalami penurunan jika dibandingkan April 2021. Impor minyak mentah pada Mei 2021 turun 36 persen menjadi 973.620 ton dari 1,51 juta ton pada April 2020.
Dengan demikian, total impor minyak mentah Indonesia selama Januari-Mei 2021 mencapai 6,02 juta ton, naik 12 persen dari periode yang sama tahun lalu (yoy) sebesar 5,39 juta ton.
Sementara untuk impor hasil minyak (BBM) selama Januari-Mei 2021 mencapai 8,89 juta ton, hampir sama dibandingkan Januari-Mei 2020 yang sebesar 8,85 juta ton.
Jumlah tersebut terdiri dari impor pertamax sebesar 2,91 juta ton, naik dari 2,02 juta ton (yoy) dan premium malah turun menjadi 2,62 juta ton dari 2,97 juta ton (yoy), sementara impor bahan bakar pesawat turun menjadi 49.110 ton dari 51.720 ton (yoy), dan impor bahan bakar diesel turun menjadi 1,6 juta ton dari 1,90 juta ton (yoy), dan impor hasil minyak lainnya turun menjadi 1,63 juta ton dari 1,79 juta ton pada periode Januari-Mei 2020.
Sedangkan untuk impor gas selama Januari-Mei 2021 turun menjadi 2,60 juta ton dari 2,75 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Tekanan Mafia Impor
Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Mulyanto menuding pemerintah tidak konsisten untuk menurunkan impor migas. Akibatnya nilai defisit transaksi berjalan dari sektor ini terus membengkak.
“Pengelolaan impor migas nasional terlihat makin tidak terkendali. Apa pemerintah kalah menghadapi tekanan para mafia impor migas? Pemerintah harus mengklarifikasi soal ini,” katanya seperti dikutip dari Tribunnews, Jumat (18/6/2021).
Dari data yang ada, Mulyanto tidak melihat upaya pemerintah mereduksi nilai impor migas ini di tahun 2021. Padahal kebijakan tersebut diharapkan secara langsung dapat menurunkan defisit transaksi berjalan dari sektor migas, khususnya BBM dan gas elpiji.
Mulyanto justru melihat pemerintah terkesan melepas kendali impor migas. Akibatnya defisit transaksi berjalan dari sektor migas kembali melebar. Karena itu, ia meminta pemerintah bersungguh-sungguh dan konsisten dalam menangani masalah ini.
“Sebab di tengah ruang fiskal kita yang terbatas, defisit transaksi berjalan ini harus ditekan seminimal mungkin, agar uang kita tidak lari keluar. Harus diakui kondisi keuangan negara saat ini sedang sulit,” jelas Mulyanto.
“Bahkan untuk membiayai berbagai program penanggulangan pandemi Covid-19 saja tidak memadai dan harus berutang. Jadi sepantasnya, impor migas yang dapat menguras devisa negara ini dibatasi dan disubstitusi dari sumber domestik,” imbuh Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan ini.
Data mutakhir BPS menunjukkan bahwa pada Mei 2021 terjadi lonjakan impor migas sebesar 2,06 miliar dolar AS atau naik 212 persen dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2020 (yoy).
Defisit transaksi berjalan untuk sektor migas di bulan Mei 2021 sebesar 1,12 miliar dolar AS atau bila dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2020 (yoy) meningkat sebesar 1.020 persen.
“Ini angka yang fantastis. Meroket lebih dari 10 kali lipat,” tegas Mulyanto.
Rata-rata bulanan defisit transaksi berjalan sektor migas di tahun 2021 sebesar 0,933 miliar dolar AS.
Dengan demikian, diprediksi total defisit transaksi berjalan sektor migas untuk tahun 2021 angkanya meningkat menjadi sebesar 11 miliar dolar AS.
Padahal sebelumnya pada tahun 2019 hanya sebesar 10 miliar dolar AS dan bahkan hanya sebesar 6 miliar dolar AS pada tahun 2020.
“Artinya kembali terjadi peningkatan defisit transaksi berjalan sektor migas pada tahun 2021. Angkanya diprediksi mencapai sebesar 86 persen dibandingkan tahun 2020. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya defisit transaksi berjalan sektor migas ini sudah cenderung menurun,” katanya.
“Defisit transaksi berjalan sektor migas pada tahun 2019 hanya sebesar 10 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 20 persen dari tahun sebelumnya yang 12,7 miliar dolar AS. Dan bahkan pada tahun 2020, defisit transaksi berjalan sektor migas ini hanya sebesar 6 miliar dolar AS, mengalami penurunan tajam sebesar 41 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 10 miliar dolar AS,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Mulyanto sekali lagi mendesak pemerintah untuk waspada dengan impor dan neraca perdagangan sektor migas di semester II tahun 2021 ini, karena khawatir terjadi lonjakan kembali. [wip]