(IslamToday ID) – Lonjakan pandemi Covid-19 dalam sepekan terakhir merupakan imbas dari keengganan pemerintah membatasi pergerakan masyarakat secara ketat. Hal itu diungkapkan oleh epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo.
Ia juga menyoroti strategi 3T (testing, tracing, dan treatment) yang tidak dilakukan maksimal, serta pemerintah yang tidak menggubris seruan kembali ke kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Windhu mengkhawatirkan kondisi ini dapat menyebabkan banyak tenaga kesehatan terpapar Covid-19 dan bisa berujung pada meningkatnya angka kematian tenaga kesehatan (nakes).
“RS kan hilir ya. Banjir dari hulu yang terus mengalir penularannya. Kapasitas RS mau dibesarkan seberapa pun tidak akan pernah bisa menampung penularan di hulu. Kebijakan kita sekarang ini salah, karena tidak memberlakukan PSBB ketat,” katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (26/6/2021).
Windhu kemudian menyebut Covid-19 di Indonesia akan menjadi lingkaran setan apabila tidak ada pembatasan mobilitas secara ketat. Sebab penularan virus corona sangat erat kaitannya dengan pergerakan warga.
Ia menilai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro terbukti tidak efektif dalam menurunkan kasus pasca lebaran.
Windhu mengatakan, apabila pemerintah masih sangsi menerapkan PSBB lantaran memperhitungkan aspek sosial-ekonomi, maka ia mengajak pemerintah berandai bahwa pengeluaran negara akan semakin besar lagi apabila pandemi Covid-19 tak terkendali dan tidak tahu ujung selesainya.
“Jadi ini semua seperti lingkaran setan, tidak tahu kapan berakhirnya. Dan semestinya negara menjamin keselamatan warga, karena kalau seperti ini terus kematian bisa meningkat,” katanya.
Lebih lanjut, Windhu mengatakan bahwa lonjakan-lonjakan yang terjadi belakangan ini dan kemudian menyebabkan faskes dan nakes tumbang lantaran kebijakan pemerintah sedari awal memang tidak serius.
Ia menyebutkan, pada periode Maret-Mei kasus Covid-19 di Indonesia memang mengalami stagnasi, tapi seharusnya pemerintah segera melakukan pembatasan ketat menyambut libur panjang lebaran yang berpotensi meningkatkan kasus.
Meski ada larangan mudik, namun menurutnya ada saja relaksasi mobilitas, seperti mudik aglomerasi hingga wisata tetap dibuka. “Jadi ini sebenarnya akumulasi dari ulah kita sendiri, ulah pembuat kebijakan itu,” ungkapnya.
Belakangan ini, BOR di sejumlah rumah sakit nyaris mencapai 100 persen. Beberapa daerah bahkan terpaksa membuat tenda di luar rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19.
Pemerintah pun telah meminta seluruh Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit DKI Jakarta diubah menjadi ruang perawatan isolasi Covid-19 sepenuhnya. Kemudian di Jawa Barat, dari 326 rumah sakit rujukan mereka, 97 diantaranya diketahui telah mencapai BOR 100 persen, dan 10 lainnya mencapai BOR di atas 100 persen.
Tutup Pintu Bandara
MUI mengusulkan pemerintah menutup pintu masuk dan keluar di seluruh bandara dan pelabuhan Indonesia selama 14 hari demi menekan penularan Covid-19.
“Tutup saja arus masuk dan keluar semua Indonesia baik (pintu masuk dan keluar) lewat udara dan laut,” kata Ketua Tim Peduli Covid-19 MUI Ikhsan Abdullah dalam Diskusi Online Smart FM: Solidaritas Melawan Pandemi, Sabtu (26/6/2021).
Menurutnya, 14 hari bukanlah waktu yang lama. Hal ini, kata Ikhsan, patut dipertimbangkan agar kasus positif Covid-19 tidak terus melonjak seperti sekarang. “14 Hari apa sih maknanya, ketimbang tidak berhasil-berhasil, tidak landai-landai Covid-19-nya, terus menerus meningkat lagi,” kata Ikhsan.
Ia berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk mengatasi kenaikan kasus Covid-19 dalam sebulan terakhir. Menurutnya, semua pihak harus bekerja sama dalam menangani pandemi. “Mari semua bergandengan tangan, semangat membantu semua,” katanya.
Data pemerintah mencatat kasus baru positif Covid-19 bertambah 18.872 kasus pada Jumat (26/6/2021). Tambahan kasus baru tersebut membuat total positif corona di Indonesia berada di angka 2.072.867 kasus.
Sementara, angka kematian bertambah sebanyak 422 orang, sehingga total angka kematian sejak awal pandemi berjumlah 56.371 orang. Kemudian, angka kesembuhan bertambah 8.557 pasien, sehingga total angka kesembuhan mencapai 1.835.061 orang. [wip]