(IslamToday ID) – Ahli virus sekaligus biologi molekuler Ahmad Rusdan menyarankan perlu adanya gerakan massif seluruh masyarakat Indonesia, khususnya penyintas Covid-19 untuk donor darah plasma konvalesen di tengah lonjakan kasus virus corona (Covid-19).
“Terutama untuk penerimanya adalah orang tua atau lansia yang memiliki gejala ringan karena kalau sudah gejala berat terlambat,” kata Rusdan seperti dikutip dari CNN Indonesia, Senin (5/7/2021).
Menurutnya, merujuk data TPK, terapi itu tidak memberi manfaaat bagi pasien Covid-19 yang gejalanya sudah kritis. Namun ia menekankan berdasarkan data, terapi mampu mengurangi gejala Covid-19 yang semakin memburuk pada lansia.
“Jadi masalahnya untuk me-match-kan donor yang terbatas, dengan mereka yang memiliki peluang baik dari manfaat TPK, karena TPK juga bukan terapi sapu jagad, hanya untuk indikasi yang spesifik,” tuturnya.
Sementara, epidemiolog asal Universitas Airlangga, Windhu Purnomo menyatakan terapi plasma untuk penyembuhan pasien Covid-19 tak cukup efektif.
“Karena hasil uji klinis di banyak negara menunjukkan terapi plasma tidak signifikan efektif. Hasil uji klinis di Indonesia sendiri belum keluar,” jelas Windhu.
Kendati demikian, ia mengaku terapi plasma cukup efektif untuk pasien yang bergejala ringan. Sejauh ini, dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dengan judgment profesional yang dimiliki dapat memilih untuk menggunakan TPK atau tidak dalam merawat pasien Covid-19.
“Tapi terapi plasma sampai saat ini belum merupakan standar terapi dan perawatan pasien Covid-19. Jadi sifatnya fakultatif, tergantung DPJP-nya,” tambah Windhu.
Meski begitu, ia tak menampik perlunya imbauan terapi plasma konvalesen, saat kasus Covid-19 meningkat tajam.
Sebelumnya, eks Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menuturkan antibodi seseorang yang bisa menahan Covid-19 bisa berasal dari dua hal, yaitu orang yang mendapat donor plasma dan dari vaksin.
Sehingga, efektivitas terapi plasma konvalesen dan vaksin ditentukan lewat adanya antibodi spesifik Covid-19 dan kadarnya. Kadar plasma penyintas Covid-19 bergejala berat 1:640. Sedangkan kadar plasma penyintas Covid-19 bergejala ringan 1:20.
Menurut penelitian dengan metode PRNT atau baku emas untuk uji netralitas virus, diketahui antibodi tertinggi berasal dari penyintas Covid-19 bergejala berat.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio menyatakan plasma konvalesen hanya untuk stadium ringan dan sedang. “Tidak untuk kasus berat,” kata Amin. [wip]