(IslamToday ID) – Pemerintah tengah menggagas lahirnya produk laptop dalam negeri yang diberi nama laptop Merah Putih. Pembuatannya bakal menggandeng produsen laptop dalam negeri seperti PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX).
Tujuannya untuk meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta mengurangi ketergantungan terhadap impor laptop.
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan sudah ada laptop yang diproduksi dalam negeri hasil dari kerja sama kampus ternama di Indonesia.
“Kalau kita lihat ada yang diproduksi dalam negeri, yang dibuat ITB, ITS, dan UGM, bekerja sama dengan industri TIK dalam negeri untuk membentuk konsorsium, membuat produk tablet dan laptop Merah Putih dengan merek Dikti Edu,” jelasnya seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (23/7/2021).
“Di zamannya Pak Menteri Nadiem, kalau ini sudah bisa diluncurkan karena dengan jumlah pembelian mencapai Rp 17 triliun selama beberapa tahun, saya kira sudah dibangun industri sendiri,” tambahnya.
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan saat ini beberapa perguruan tinggi juga sudah mengembangkan produk laptop dan tablet dalam negeri dari konsorsium ITB, ITS, dan UGM bekerja sama dengan industri TIK dalam negeri.
“Ini juga jadi salah satu kebanggaan kita, selain itu produsen PDN juga diminta meningkatkan peserta didik SMK dalam praktik perakitan dan tenaga after sales service, jadi semua ekosistem bergerak. Ini jadi praktik baik dalam pembelian dalam negeri,” jelasnya.
Berdasarkan data Kemenperin, nilai impor laptop dalam 5 tahun terakhir dari 2016 – 2020 sudah mencapai 1 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp 14 triliun (kurs Rp 14.000/dolar AS).
Permintaan produk laptop di Indonesia sekitar 3 juta unit per tahun dengan market share produk impor sampai 95 persen, dan 5 persen untuk produk laptop dalam negeri.
Maka ke depan, perusahaan teknologi produsen laptop asal Indonesia seperti ZYREX bersiap untuk mengambil pangsa pasar yang lebih besar, sehingga laptop buatan Indonesia bisa menjadi tuan di negaranya sendiri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meminta beberapa perusahaan produsen produk TIK melakukan kegiatan research and development (R&D) di dalam negeri, khususnya produk chip yang saat ini banyak dicari.
“Agar mereka mendapatkan tax deduction 300 persen, dan tentu sebagaimana kita ketahui kita arahkan memproduksi chipset yang saat ini telah terjadi kelangkaan di seluruh dunia. Dan ini berdampak pada produsen laptop dalam negeri yang masih mengandalkan komponen impor,” katanya.
“Ini untuk ekosistem pembuatan mulai dari intellectual property (IP), komponen utama, komponen pendukung. Apabila perakitan bisa mencapai 1 – 2 juta laptop dalam negeri, maka akan mendorong ODM laptop semakin tertarik memperkuat ekosistem laptop dari Indonesia. Saat ini laptop yang dapat dirakit dalam negeri mencapai 400.000 unit,” tambahnya.
Paling Lambat Desember
Direktur Utama PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX), Buana Timoithy Siddik mengatakan pihaknya telah menerima 165.000 laptop pesanan dari Kemendikbud-Ristek.
Pesanan itu nantinya akan disalurkan pada 8.000 sekolah di seluruh Indonesia. Total jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan laptop pada tahun ajaran 2021, batas pengiriman paling lambat bulan Desember tahun ini.
Dalam konferensi pers, Senin (26/7/2021), Timothy mengaku belum ada gambaran soal spesifikasi laptop Merah Putih dari pemerintah itu. Namun, menurutnya dibutuhkan laptop dengan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Berdasarkan pengalaman Zyrex, terkadang ada over spesifikasi dan membuat biaya menjadi mahal dan tidak sesuai dengan tujuannya. Ia menambahkan untuk pembelajaran tiga tahun maka akan dirancang spesifikasi untuk mencapai yang terbaik.
“Pada perusahaan yang bekerja sama dengan kami, kami menawarkan spesifikasi yang cocok dari sisi kebutuhan dan biaya. Begitu juga dengan laptop Merah Putih, kami akan bersama mendesain spesifikasi yang cocok dipakai oleh siswa/siswi Indonesia, jangan over atau under spesifikasi. Kalau buat pembelajaran 3 tahun dan internet yang kuat, maka kita akan merancang spesifikasinya sama-sama sehingga bisa mencapai nilai yang terbaik,” jelasnya.
Timothy juga memastikan perusahaan bersiap untuk bisa memenuhi kebutuhan laptop di Indonesia pada masa yang akan datang.
“Zyrex telah menerima pesanan 165.000 laptop dari dua distributor resmi kami dari Kemendikbud-Ristek jika dikonversikan nilainya Rp 700 miliar, dan kami siap memenuhi laptop dalam negeri sebesar Rp 17 triliun untuk tahun-tahun yang akan datang,” kata Timothy seperti dikutip dari Tempo.
Untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan laptop Merah putih, Zyrex menambah kapasitas produksi dari 4 line menjadi 8 line. Dengan saat ini kapasitas produksi adalah 370.000 unit laptop yang berarti bertambah menjadi 840.000.
Diperkirakan akan ada kebutuhan 3,9 juta laptop di dalam negeri hingga 5 tahun ke depan. Angka tersebut, menurut Timothy, didapatkan dari perkiraan kebutuhan nasional 1,3 juta unit serta kebutuhan dari provinsi, kabupaten dan kota yang mencapai 2,6 juta.
“Tahun ini Zyrex sudah mengambil langkah dan sanggup menyediakan dan memproduksinya. Kami juga mengedepankan digitalisasi yang sudah berdiri 25 tahun dan menjadikan Indonesia melek digital. Kepemilikan laptop di setiap keluarga juga termasuk dari indeks prestasi TIK menjadi salah satu patokan kita maju atau tidak,” ungkap Timothy.
Untuk Alokasi BLT Saja
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menanggapi rencana pemerintah mendorong produksi dan pengadaan laptop Merah Putih buatan lokal. Laptop ini akan digunakan untuk instansi pemerintahan, seperti sektor pendidikan hingga kantor pemerintah daerah.
Susi menyarankan uang yang dipakai untuk pengadaan laptop dialokasikan untuk bantuan langsung tunai (BLT) di masa pandemi Covid-19. “Berikan uangnya untuk bantuan langsung tunai. Perbolehkan mereka memilih apa yang dibutuhkan hari ini dan membeli yang mereka perlukan kali ini,” ujarnya dalam Twitter resminya @susipudjiastuti, Sabtu (23/7/2021), seperti dikutip dari Tempo.
Susi mempertanyakan sikap pemerintah terhadap penyerapan anggaran yang dialokasikan untuk produk tertentu. Padahal di masa wabah virus corona, masyarakat lebih membutuhkan obat-obatan, fasilitas kesehatan, serta makanan. [wip]