IslamToday ID — Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai penanganan Covid-19 Presiden Joko Widodo (Jokowi) terburuk di dunia. Ia juga mengaku kaget media asing Bloomberg menyoroti Indonesia dalam penanganan Covid-19.
Diketahui Bloomberg melaporkan skor ketahanan Indonesia terhadap Covid-19 berada di peringkat paling akhir. Dimana Indonesia disebut sebagai negara yang paling buruk dalam menangani Covid-19 di dunia.
Dalam laporan Bloomberg pada Selasa (27/7/2021), Indonesia menempati peringkat ke-53 dari 53 negara di dunia. Menurut Bloomberg, beberapa indikatornya adalah soal angka kematian akibat Covid-19 yang tinggi.
“Sudah speechless, mau ngomong apa lagi. Karena kondisinya memang benar-benar kurang baik bagi kita ya,” katanya dalam kanal Youtube Pribadinya, Senin (2/08/2021)
Tak hanya itu Refly juga menyoroti sikap pemerintah terkait penilaian dari Bloomberg. Dalam hal ini Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi menyebutkan tidak ada negara satupun yang siap akan lonjakan grafik kasus covid-19.
Refly menilai pernyataan tersebut seolah pemerintah menyalahkan kondisi pandemi yang tiba-tiba datang, padahal menurutnya seharusnya pemerintah sudah mempersiapkan kondisi terburuk yang akan terjadi, bukan menyalahkan kondisinya.
“Jadi ya yang jelas ini adalah soal manajemen soal penanganan covid jadi tidak bisa dikatakan sebagai bencana yang datang tiba-tiba yang kemudian kita tidak siap,”jelas Refly.
“ini bukan real attack seperti bencana gelombang pasang, angin topan yang kita hanya menyandarkan pada kodrat Yang Maha Kuasa. Tapi ini adalah sebuah pandemi yang kita sudah tahu 1,5 tahun yang lalu dan pertanyaannya adalah sekarang ini bagaimana mengelolanya,” tambahnya.
Refly menilai manajemen penanganan covid yang dimiliki oleh pemerintah tak serius.Ia menekankan, pandemi ini berkaitan dengan manajemen yang harusnya sudah dipersiapkan sejak awal. Apabila sejak awal tidak siap, maka, kata dia, pemerintah tidak boleh menyalahkan bahwa seolah-olah pandemi ini sebuah bencana yang tiba-tiba.
Dia menilai, penanganan yang tidak konsisten, tidak jelas, dan tidak tegas dapat memperburuk kondisi Indonesia.
“Ini kan sebuah manajemen yang harusnya kita persiapkan dari awal. Ya kalau dari awal kita tidak siap ya kita tidak boleh menyalahkan seolah-olah ini real sebuah bencana yang datangnya tiba-tiba. Dia menjadi banyak juga karena kita sendiri yang membuat penanganan yang barangkali tidak konsisten misalnya tidak jelas, tidak tegas ya yang jelas,” tuturnya.
Menurutnya, pemerintah harus merubah manajemen penanganan pandemi di Indonesia, dengan memilih Presiden Jokowi sebagai komando penanganannya. Serta membuat kebijakan yang jelas dan tepat sasaran.
“Kalau kita memang benar-benar ingin menyelesaikan ini dengan baik ya memang harus ada komando langsung dari Presiden dan langsung tepat sasaran, kalau harus lockdown,ya lockdown. Yang jelas kebijakan tegas jelas dan pada jantung persoalan,”ucap Refly.
“jangan lagi dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan lain, terutama kepentingan kepentingan mereka yang berada di pemerintahannya, yang barangkali masih memperlihatkan ke-egoannya katakanlah ekonominya, perusahaannya, kegiatan dan lain sebagainya dan lain sebagainya,” sambungnya.
Penulis Kanzun