(IslamToday ID) – Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mendesak pemerintah untuk memperpanjang bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atau safeguard untuk menghalau serbuan produk impor keramik.
Safeguard sebelumnya, berupa pengenaan BMTP sebesar 19 hingga 23 persen akan berakhir Oktober 2021 setelah tiga tahun diberlakukan.
Menurut Edy, membanjirnya produk impor terutama berasal dari China dan India. Ia menyebut pada paruh pertama tahun ini, angka impor dari kedua negara tersebut tumbuh 62 persen.
Sedangkan China menjadi yang paling mengkhawatirkan dengan pertumbuhan impor 101 persen dan India mengekor dengan kenaikan 18 persen.
“Hal tersebut dikarenakan menurunnya angka persentase pengenaan safeguard pada level 19 persen pada tahun ketiga yang mana akan berakhir pada Oktober 2021 ini,” ujar Edy seperti dikutip dari Bisnis.com, Senin (6/9/2021).
Adapun usulan Asaki, besaran bea masuk harus lebih besar dari sebelumnya yakni minimal 35 hingga 40 persen. Ia melanjutkan perpanjangan safeguard akan mendukung industri keramik nasional yang sampai saat ini masih memiliki idle capacity atau kapasitas menganggur sebesar 25 persen atau sekitar 125 juta m2.
“Angka tersebut menunjukkan kemampuan Asaki untuk mensubstitusi semua kebutuhan keramik impor yang berkisar 70 hingga 80 juta m2 per tahun,” katanya.
Untuk sisa tahun ini, Edy mengaku cukup optimitis memenuhi target utilisasi industri 70 persen dengan mengoptimalkan pasar dalam negeri melalui kerja sama dengan Real Estate Indonesia (REI) dan asosiasi pengembang lainnya dalam pemanfaatan produk bahan bangunan lokal.
Faktor pendukung lain pelarangan produk impor bahan bangunan untuk kontruksi dan properti oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta peningkatan kompetensi dan kemampuan SDM melalui vokasi pendidikan keramik setara D1 oleh Kementerian Perindustrian.
Disisi lain, lanjut Edy, kinerja industri keramik nasional sampai dengan semester I/2021 masih on the track sesuai proyeksi, dimana kapasitas produksi nasional sampai dengan bulan Juli 2021 berada di level 75 persen, hanya sedikit mengalami penurunan di bulan Agustus 2021 ke level 65 persen akibat penerapan PPKM Darurat.
“Kinerja ciamik industri keramik nasional sampai dengan semester I/2021 menunjukkan efektivitas dari kebijakan pemerintah memberikan stimulus harga gas sebesar 6 dolar AS per MMBTU yang berlaku mulai April 2020 melalui Kepmen ESDM nomor 89K,” tuturnya.
Menurutnya, sebagai katalis positif utama harga gas 6 dolar AS per MMBTU membantu pemulihan industri keramik yang lebih cepat di tengah gangguan resesi perekonomian akibat pandemi Covid-19 dan membaiknya daya saing industri keramik nasional, dimana tercermin juga lewat kinerja ekspor keramik tahun 2020 yang mampu bertumbuh hingga 30 persen dan semester I/2021 juga kembali tumbuh 23 persen.
“Kinerja ekspor tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan ke negara tujuan seperti Filipina, Malaysia, dan Australia,” kata Edy.
Ia juga memastikan bahwa Asaki berkomitmen untuk menyerap pemanfaatan gas yang lebih banyak dengan mengoptimalkan utilisasi produksi keramik nasional, dimana sebelumnya berkisar 60-65 BBTUD di 2019 sampai 2020 dan saat ini berada di atas 80 BBTUD. [wip]