(IslamToday ID) – Indonesia mampu menjadi pemain utama industri keuangan syariah dunia. Hal ini didasarkan pada besarnya potensi Indonesia dalam ekonomi dan keuangan syariah.
Demikian disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin dalam acara ‘Indonesia Sharia Summit 2021’, Rabu (22/9/2021).
Berdasarkan laporan Islamic Finance Development Indicators (IFDI) 2020, Indonesia masuk dalam peringkat ke-5 dari 135 negara, berdasarkan dari nilai aset yaitu sebesar 3 miliar dolar AS.
Empat negara di atas Indonesia yakni Arab Saudi di peringkat pertama dengan nilai aset sebesar 17 miliar dolar AS, Iran di peringkat ke-2 dengan nilai aset sebesar 14 miliar dolar AS, Malaysia di peringkat ke-3 dengan nilai aset sebesar 10 miliar dolar AS, dan Uni Emirat Arab (UEA) di peringkat ke-4 dengan nilai aset sebesar 3 miliar dolar AS.
“Mengingat besarnya potensi Indonesia, saya yakin bahwa posisi Indonesia sekarang ini masih sangat mungkin untuk meningkat lagi, bahkan menjadi pemain utama industri keuangan syariah dunia,” ujar Wapres seperti dikutip dari Ihram.
Ia juga memaparkan potensi industri halal Indonesia salah satunya pertumbuhan sektor utama Halal Value Chain (HVC) atau Rantai Nilai Halal seperti pertanian dan makanan tetap tumbuh positif dan berada di atas pertumbuhan PDB nasional. Pertumbuhan sektor HVC pada tahun 2020 mencapai -1,72 persen, lebih baik dibandingkan PDB Indonesia yang tumbuh -2,07 persen.
Pertumbuhan sektoral ini, kata Wapres, diperkuat oleh peningkatan konsumsi belanja masyarakat secara daring pada produk-produk halal yang didominasi produk fesyen muslim dan kosmetik halal.
Selain itu, permintaan pasar atas komoditas pangan selama pandemi terus membaik, terutama aktivitas sektor usaha HVC di sektor pertanian dan makanan halal. Nilai ekspor bahan makanan halal Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 15 persen dari nilai ekspor makanan halal global, atau sebesar ± 30 miliar dolar AS dari total ekspor global sebesar ± 200 miliar dolar AS.
“Ada tahun 2020, nilai ekspor bahan makanan halal Indonesia tumbuh sebesar 17 persen dari nilai ekspor global, atau sebesar ± 34 miliar dolar AS dari total nilai ekspor global sebesar ± 200 miliar dolar AS,” ujarnya.
Wapres memaparkan inisiatif strategis yang dilakukan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi syariah. Inisiatif tersebut antara lain penguatan halal assurance system melalui penetapan tanpa tarif bagi pelaku usaha mikro dan kecil, serta penetapan tiga Kawasan Industri Halal (KIH) yaitu di Sidoarjo Jawa Timur, Cikande Banten, dan Bintan di Kepulauan Riau.
Selain itu, saat ini juga tengah dipersiapkan pengembangan dua KIH di Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, peningkatan kapasitas pelaku usaha syariah dilakukan melalui penguatan ekosistem HVC sektor pertanian terintegrasi, halal food, serta fashion muslim.
“Antara lain dengan implementasi smart farming berbasis kelompok pesantren, pelaksanaan program Industri Kreatif Syariah (IKRA), pelaksanaan Indonesia Industrial Moslem Exhibition (ii-Motion), serta pemberdayaan unit usaha pesantren bersama stakeholders industri keuangan syariah,” kata Wapres. [wip]