(IslamToday ID) – Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menyatakan penyakit cacar monyet yang disebabkan oleh virus Human Monkeypox (MPVX) kemungkinan besar tidak akan menjadi pandemi, melainkan hanya penyakit endemik di sejumlah negara.
Cacar monyet paling banyak menular melalui kontak erat dan sentuhan langsung, baik dengan manusia yang sedang sakit cacar monyet, atau dengan hewan monyet yang terpapar virus tersebut.
“(Cacar monyet) Kecil kemungkinan jadi pandemi. Gejala jelas. Muncul pustula yang bantu identifikasi,” kata Zubairi melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @ProfesorZubairi, Jumat (27/5/2022).
Ia sekaligus menginformasikan bahwa cacar monyet bukan suatu jenis penyakit baru dan tercatat sudah ada 250 kasus dari 16 negara di dunia.
Penyakit cacar monyet ini telah menjadi penyakit endemik di 12 negara di antaranya Benin, Sudan Selatan, Ghana, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.
Zubairi kemudian mengingatkan bahwa penyakit ini rentan terhadap semua golongan. Sehingga ia menampik cacar monyet erat kaitan penularannya dengan preferensi seksual seseorang.
Ia juga menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini melaporkan cacar monyet belum terdeteksi di Indonesia. “Kontak dengan hewan liar meningkat karena deforestasi,” ujarnya.
Kemenkes sebelumnya telah membeberkan sejumlah upaya kewaspadaan Indonesia terhadap penyakit cacar monyet ini. Salah satunya menyiapkan Surat Edaran (SE) untuk meningkatkan kewaspadaan, baik di wilayah dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Selain itu, Kemenkes juga akan melakukan revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet dengan menyesuaikan situasi dan perkembangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang berisi tata laksana klinis, komunikasi risiko, dan pengelolaan laboratorium. [wip]