Hampir 14 tahun lamanya Kak Sinyo mendampingi kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) untuk ‘hijrah’. Selama itu pula sebanyak 2000 orang penyuka sesama jenis direngkuhnya untuk kembali ke fitrahnya sebagai manusia.
“Ya katakanlah dah 2000-an yang tercatat dan tidak tercatat,” Kak Sinyo.
ISLAMTODAY ID— Kak Sinyo atau Agung Sugiarto adalah figur aktivis sosial yang terpanggil untuk mendampingi homoseksual. Ia dengan telaten dan sabar menempatkan dirinya sebagai sahabat.
Seorang dengan orientasi nonheteroseksual sering kali resah dan merasa tidak nyaman dengan masalah orientasi seksualnya. Ketidaknyamanan tersebut juga bukan hal yang mudah untuk diceritakan pada orang terdekat, termasuk keluarga.
Fenomena ini membuat pria kelahiran Magelang, 22 Oktober 1974 itu terketuk hatinya untuk meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya. Ia dengan penuh welas asih mendampingi seorang penyuka sesama jenis atau same sex attraction (SSA) untuk kembali ke fitrah.
“Siapa yang mau (kembali ke fitrah) silahkan, jadi kita membuka diri kalau kamu mau curhat, mau berubah ayo! Kayak semacam jadi teman, jadi sahabat,” kata Kak Sinyo Founder Yayasan Peduli Sahabat kepada ITD belum lama ini.
Menjadi sahabat berarti menjadi orang yang dipercaya, termasuk untuk hal-hal yang sangat tabu dan privasi. Pintu masuk sebuah keterbukaan, rasa aman hingga keberterimaan tanpa penghakiman.
“Kita menjadi sahabat itu yang paling mendasar, karena itu jalan masuk,” jelasnya.
Ikhtiar Kak Sinyo ini juga akan membantunya mempermudah identifikasi permasalahan. Apakah seseorang itu mengalami SSA, tindakan seksual atau kah LGBT.
“Ketika kita sudah memahami, kita bisa membedakan oh ini LGBT, oh ini orientasi (seks) oh ini baru tindakan sehingga kita bisa mengira-ira pendekatan (yang pas),” tutur Kak Sinyo.
Mulai dari Nol
Tahun 2008, ia memulai pendampingannya dan semua dilakukannya dari nol. Hanya berbekal psikologi pendidikan selama S1 Pendidikan Bahasa Prancis, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ia mulai membuka sesi ‘konsultasi’.
Ruang dialog yang dibukanya secara perlahan-lahan mampu mengarahkan mereka yang ingin terlepas dari lingkaran LGBT. Selama proses itu pula, para kliennya memperoleh pendampingan, pengarahan untuk menjadi lelaki yang sesuai fitrahnya.
“Misalnya, ‘saya orientasinya sesama jenis kak’, (lalu), diarahkan lah kamu maunya apa? Misalnya ‘aku pengin nikah’, nah diarahkan,” ucap Kak Sinyo.
Kehadiran Yayasan Peduli Sahabat mengisi kekosongan lembaga atau badan yang peduli kepada LGBT yang ingin hijrah. Indonesia hingga kini belum memiliki lembaga yang membantu mereka secara resmi.
“Di Indonesia nggak ada yayasan atau lembaga yang membantu mereka secara resmi, secara agama, pengetahuan membantu mereka kalau ada nggak tersistem,” ungkap Kak Sinyo.
Padahal cukup banyak diantara mereka yang ingin kembali ke fitrah. Diantara mereka tergabung dalam grup-grup online LGBT seperti Hijrah Euy, dan Komunitas Taubatnya LGBT Dua.
Sebagai seorang muslim sekaligus seorang ayah ia terpanggil untuk mencegah dampak sistemik dari perilaku LGBT. Ia tidak ingin timbulnya korban baru dari kalangan heteroseksual khususnya anak-anak.
“Saya waktu itu masih punya anak satu tahun, saya jadi kepikiran bagaimana nih cara mendidiknya? Supaya nggak masuk ke LGBT,” terangnya.
Kak Sinyo telah berikrar dalam dirinya untuk mewakafkan apa saja yang ada dalam dirinya untuk Yayasan Peduli Sahabat. Wadah pendampingannya kepada para penyintas SSA, salah satu ladang dakwah yang ingin terus dirawatnya.
“Namanya dakwah, tujuannya bukan dunia tapi akhirat. Saya lebih baik (kalau) ada uang misalnya untuk membangun rumah, ya saya gunakan untuk membangun sistem dulu di Peduli Sahabat. Kalau akhirat kan yang saya bangun sistem nanti ketika saya nggak ada masih ada yang nerusin,” ujar Kak Sinyo.
Baginya Yayasan Peduli Sahabat merupakan lembaga sosial nonprofit. Meskipun tak mendapat keuntungan secara materi, Kak Sinyo berharap bisa meninggalkan legacy untuk keluarganya serta umat dan bangsa.
“Kalau rumah dan sebagainya yang penting sekarang kita bisa menempati, nanti anak-istri kalau saya nggak ada, juga bisa sewa,” ucap Kak Sinyo.
Legacy lainnya yang tak kalah berharga ialah sejumlah buku bertema LGBT dan pendidikan anak. Buku-buku itu diantaranya Lo, Gue, Butuh Tau LGBT, Anakku Bertanya Tentang LGBT, dan Pendidikan Anak Usia Dini ala Lukman Al-Hakim.
Ratusan hingga Ribuan Klien
Seiring berjalannya waktu, jumlah klien yang ditangani Kak Sinyo terus bertambah. Dari yang awalnya 100 orang setiap tahunnya totalnya hingga tahun 2022, ia telah mendampingi 2000 orang.
“Sekitar tahun 2016 itu sampai sekarang itu ada sekitar 500-an yang tercatat, yang tidak tercatat dua kali lipatnya. Itu dari 2016,” kata Kak Sinyo kepada ITD saat dihubungi melalui sambungan telepon.
“Tapi banyak yang belum tercover, tercatat, dari 2016 ya bisa 1.500-an. Kalau dari 2008, rata-rata waktu itu 2008 bisa setahun itu rata-rata 100-an,” jelasnya.
Kebanyakan dari mereka berasal dari sejumlah wilayah seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan beberapa wilayah lainnya. Yang perlu digarisbawahi para klien Peduli Sahabat ialah mereka yang ingin kembali ke fitrah.
Pendampingan yang dilakukan oleh Kak Sinyo bisa dijangkau secara online melalui facebook. Sementara untuk pendampingan secara offline bisa dilakukan dengan mendatangi sekretariat Yayasan Peduli Sahabat di Perumahan Citra Indah City, Kab. Bogor, Jawa Barat.
‘Kurikulum’ Peduli Sahabat
Kak Sinyo terus berikhtiar untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang ‘konselor’. Ia lmelanjutkan studi S2 lintas jurusan psikologi dengan spesialisasi psikometri. Sebuah bidang ilmu yang related dengan bidang yang digelutinya di Yayasan Peduli Sahabat.
“S2nya saya ambil psikometri karena yang berhubungan dengan yang saya kelola, bagaimana membuat alat ukur untuk bidang psikologi,” ujar Kak Sinyo.
Ikhtiar dan perjuanganya membuahkan hasil dengan terbentuknya ‘kurikulum’ khusus yang diterapkannya di Yayasan Peduli Sahabat. Sebuah metode pendampingan yang mengolaborasikan Al-Qur’an dan psikologi.
“Pertama Al-Qur’an, kedua psikologi. (Dari) Al-Qur’an seperti taubat nasuha, nggak boleh nonton pornografi, modifikasi perilaku,” tutur Kak Sinyo.
Selama proses pendampingan setiap klien kak Sinyo akan diberikan edukasi dan pengetahuan yang tepat. Misalnya diberikan panduan nilai-nilai agama yang islami, diedukasi cara untuk menjadi laki-laki sebagaimana fitrahnya.
“Pendampingannya berupa simulasi, pengetahun, edukasi contoh mudahnya kalau (klien) laki-laki diajari bagaimana pikirannya (tentang laki-laki) bisa diubah, disimulasikan sekitar 7 bulan,” ujar Kak Sinyo.
Para klien Kak Sinyo memiliki tingkat permasalahan yang kompleks dan beragam. Dalam beberapa kasus mereka disarankan untuk datang ke psikiater atau psikolog sesuai kebutuhan.
“(Kita) kayak semacam P3K-nya, penanganan awal gitulah, misalnya nanti membutuhkan bantuan yang lebih, misal psikolog, psikiater, nanti kita arahkan,” ujar Kak Sinyo.
Oleh karenanya ia pun bekerjasama dengan sejumlah pakar diantaranya Rita Soebagio, Raykati Panyilie, Dr. dr. Fidiansjah Sp.KJ., M.P.H, dr. Prijanto Djatmiko Sp. KJ, Sarah Larasati Mantovani S.H., M.P. I, Vequentina Puspa, M.Psi, dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK, Wulan Rigastutu S.Psi, Zunaerah Pangaribuan S.H dan masih banyak lagi.
Reporter: Kukuh Subekti