(IslamToday ID) – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan kenaikan harga pangan di Indonesia masih lebih rendah daripada negara-negara lain. Hal ini tak lepas dari besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah.
Menurutnya, jika pemerintah diminta menurunkan lagi harga kebutuhan pokok, maka akan berimbas pada lonjakan anggaran subsidi yang harus digelontorkan. Akibatnya, sejumlah infrastruktur tak bisa dibangun.
“Bisa saja beras diturunkan harganya, artinya subsidinya naik. Kalau subsidi naik, bisa gelap tuh lampu. Jalan rusak, enggak bisa diperbaiki, habis uangnya,” ujar Zulkifli di sela-sela kunjungannya di Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta Timur pada Sabtu (25/6/2022).
“Sekarang subsidi kita Rp 500 triliun lebih. Maka kita paling murah,” tambahnya seperti dikutip dari Tempo.
Zulkifli mengatakan saat ini pemerintah telah mengeluarkan anggaran lebih dari Rp 500 triliun untuk subsidi. Jika alokasi anggaran subsidi ditambah, maka negara bisa kolaps. “Jadi kalau mau harga diturunkan, artinya subsidi naik. Kalau subsidi naik, pemerintah bisa kolaps,” tuturnya.
Ia lalu mencontohkan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok di dalam negeri masih lebih murah ketimbang negara-negara tetangga. Beras, misalnya, di dalam negeri harganya berkisar Rp 10.000 sampai Rp 12.000 per kg. “Nah di Singapura beras itu Rp 32.000. Jadi ini pemerintah sudah subsidi luar biasa,” katanya.
Ia kemudian menyinggung harga telur yang juga masih tinggi yaitu Rp 28.000 per kg. Hal ini bisa dimaklumi, menurutnya, karena peternak terlilit utang saat pandemi. “Jika harga telur terus turun, maka peternak teracam tidak bisa berjualan,” kata Zulkifli.
Ketua Umum PAN ini juga berharap tingginya harga telur ini dapat dimaklumi masyarakat. “Saya berharap ini bisa dimaklumi, karena peternak ayam, petelur dua tahun lebih merugi. Dua tahun. Jadi kalau sebulan ini nutupin kerugian yang kemarin, saya kira wajar,” ucapnya.
Tak cukup di situ, Zulkifli juga membandingkan harga daging ayam di Tanah Air yang lebih murah dibandingkan di Singapura. Harga daging ayam di Indonesia senilai Rp 38.000 per kg, sedangkan di Singapura harganya di angka Rp 129.000. “Bisa di-Google. Jauh sekali bedanya,” katanya.
Zulkifli juga membandingkan harga daging sapi di Indonesia dengan Singapura dan Hanoi (Vietnam). Harga daging sapi yang kini di kisaran Rp 140.000, lebih murah ketimbang di Singapura dan Hanoi yakni masing-masing Rp 170.000.
Sedangkan harga cabai keriting rata-rata di angka Rp 60.000 sampai Rp 70.000 per kg. Sedangkan cabai rawit merah lebih mahal, di kisaran Rp 85.000 sampai Rp 90.000. “Kalau ke Singapura beli cabai merah itu Rp 113.000. Bawang putih kita Rp 30.000, Singapura Rp 60.000. Lebih mahal dia,” kata Zulkifli.
Kenaikan harga pangan, menurutnya, juga terjadi secara global. Selain itu, harga energi juga melonjak karena kelangkaan pasokan. Bahkan di Barat, katanya, kenaikan harga bisa 10 persen atau lebih tinggi dibanding di Indoensia yang hanya 3 persen karena terbantu oleh subsidi dan bantuan langsung sebesar Rp 300.000. “Ini maksimal yang pemerintah lakukan. Saya percaya rakyat kita pintar dan bisa mengerti,” pungkasnya.
Sementara, penyataan Zulkifli Hasan soal harga pangan mahal tersebut langsung mendapat protes dari mantan Sekretaris BUMN Said Didu. Melalui akun Twitternya Said Didu mengaku kaget, kecewa, sebal, dan marah dengan pernyataan Zulkifli.
“Saya pinjam kata-kata si dia bahwa saya kaget, kecewa, sebal, dan marah membaca pernyataan pejabat seperti ini,” tulis Said Didu di akun Twitternya @msaid_didu.
Dengan pernyataan Zulkifli tersebut, Said menilai pemerintah tega membuat rakyat sulit beli pangan demi infrastruktur.
“Kok tega membuat rakyat sulit beli pangan demi infrastruktur? Semoga kalian masih waras,” tambah Said Didu. [wip]