(IslamToday ID) – Produksi gula diprediksi bakal drop atau maksimal hanya bisa sama seperti tahun lalu, meski diperkirakan ada penambahan sekitar 10.000 ha lahan tebu tahun ini.
Ketua Umum Ikatan Ahli Gula (Ikagi) Aris Toharisman mengatakan, produksi gula nasional tahun ini hanya akan berkisar 2,2 juta ton. Padahal tahun 2021 produksi gula nasional diprediksi mencapai sekitar 2,35 juta ton.
Namun, angka itu belum resmi mengacu pada neraca gula yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2021. Sementara, tahun 2020 produksi gula nasional mencapai 2,13 juta ton.
“Taksiran saya, produksi gula tahun ini nggak lebih baik dari tahun lalu. Karena harga pupuk yang naik luar biasa berdampak pada input produksi. Petani mengurangi konsumsi pupuk, dan ini kemudian berdampak pada penurunan rendemen,” kata Aris seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (8/7/202).
Penurunan konsumsi pupuk, jelasnya, menyebabkan rendemen tahun ini turun hingga 0,5 persen poin, bahkan bisa sampai 0,8 persen poin dibandingkan rendemen tahun 2022.
“Tahun lalu, rendemen bisa mencapai 7,5 persen. Tahun ini kemungkinan kurang 7 persen, bahkan hanya sekitar 6,7-6,8 persen. Ini penurunan yang sangat signifikan. Dimana, untuk 1 ha lahan tebu itu 70.000 batang dengan ukuran ideal 1,5-1,7 kg per batang. Tapi, karena kurang pupuk, tebunya kurang makan jadinya kurus-kurus, beratnya hanya 1,2-1,5 bahkan 1 kg saja. Lalu rendemennya turun. Karena itu, produksi tahun ini bisa turun,” jelas Aris.
Selain konsumsi pupuk yang turun, ia menambahkan, penurunan rendemen juga akibat intensitas hujan yang masih tinggi, bahkan hingga saat ini. Padahal, saat ini sedang musim giling.
“Idealnya curah hujan itu 200 mm per bulan, bahkan jika bisa 100 mm saja. Jadi, pasokan air cukup untuk tanaman tebu, baik yang baru ditanam maupun sudah matang untuk dipanen. Tapi, karena curah hujan masih tinggi, pengangkutan pun terganggu. Akibatnya, tebu menjadi lebih kotor, dan tanaman tebu kelebihan pasokan air. Kualitasnya turun,” ujarnya.
“Mudah-mudahan mulai minggu depan sudah berkurang curah hujannya. Ini agak anomali,” lanjut Aris.
Dengan estimasi produksi tersebut, ia memprediksi impor gula tahun ini bisa mencapai 4,7 juga ton.
Berikut perhitungannya:
– produksi gula tahun 2022: 2,2 juta ton
– ada stok untuk 3 bulan konsumsi setara 690.000-700.000-an ton
– proyeksi konsumsi langsung nasional: setara 3 juta ton gula kristal putih (GKP)
– proyeksi kebutuhan industri: setara 3,5 juta ton gula rafinasi.
“Kebutuhan industri sedikit naik tahun ini karena kondisi sudah membaik setelah PPKM dilonggarkan. Dimana untuk kebutuhan rafinasi industri, sepenuhnya dipasok dari impor. Sehingga estimasi impor tahun ini mencapai 4,7 juta ton,” kata Aris.
Untuk tahun 2022, pemerintah sebelumnya telah memberikan kuota impor sebanyak 1,1 juta ton gula mentah dan GKP untuk konsumsi. “Kalau gula industri itu naik turunnya setiap tahun itu 2,7-3 juta ton,” pungkas Aris. [wip]