(IslamToday ID) – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat kuota Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yakni RON 90 atau Pertalite tersisa dua bulan lagi atau bisa habis pada Oktober atau November 2022 ini. Hal itu apabila tidak dilakukan pengendalian atas pembelian BBM tersebut.
PT Pertamina (Persero) mencatat sampai pada Juli 2022 ini, kuota jenis BBM Pertalite tersisa 6,2 juta Kilo Liter (KL) dan jenis BBM tertentu (JBT) yakni solar subsidi tersisa 5,1 juta KL.
“Kalau tidak dilakukan pengendalian, ya bisa begitu (habis) di antara Oktober-November,” kata anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (11/8/2022).
Sejatinya, salah satu upaya program pengendalian konsumsi BBM Pertalite dan solar subsidi adalah dengan mendaftarkan kendaraan melalui MyPertamina. Kelak, Pertamina akan menjaring kendaraan sesuai dengan spesifikasi kendaraan yang berhak mengisi BBM Pertalite dan solar subsidi.
Adapun program pengendalian itu masih harus menunggu terbitnya revisi Peraturan Presiden (Perpres) No 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM. “Saat ini registrasi terus digencarkan. Kita harapkan revisi terbit bulan ini, jadi September mulai (pengendalian),” tandas Saleh.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mencatat sampai pada Juli 2022 ini, konsumsi BBM Pertalite mencapai 16,8 juta KL dari kuota tahun ini yang ditetapkan sebanyak 23 juta KL. Sementara konsumsi solar subsidi sudah mencapai 9,9 juta KL dari kuota 14,91 juta di tahun 2022 ini.
Karena itu, tanpa adanya pembatasan pembelian atau penambahan kuota BBM, cukup sulit bagi perusahaan plat merah tersebut menjaga pasokan yang tersisa. Irto pun mengusulkan agar aturan pembelian BBM dapat segera dijalankan. “Pengaturan BBM harus segera dilakukan,” katanya.
Sementara, untuk solar subsidi hingga Juli 2022 sudah mencapai 9,9 juta KL dari kuota tahun ini sebesar 14,91 juta KL. Dengan begitu, maka sisa kuota solar subsidi hingga Juli tinggal 5,01 juta KL.
Asal tahu saja, tanpa ada pembatasan pembelian BBM Pertalite dan solar subsidi ini, maka dipastikan akan ada tambahan kuota untuk kedua jenis BBM itu. Alhasil, beban subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam APBN 2022 ini akan semakin bengkak.
Sejatinya, pemerintah sudah mengeluarkan dana subsidi untuk energi senilai Rp 502 triliun. Di mana untuk subsidi BBM dan elpiji akan memakan sebanyak Rp 320 triliun.
Maklum jika nilai subsidi bengkak, pasalnya harga BBM Pertalite dan solar subsidi itu jauh di bawah harga keekonomian di pasar internasional.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati membeberkan saat ini setiap liter BBM solar disubsidi Rp 12.000-an per liter. Sementara, harga Pertalite disubsidi hampir Rp 10.000-an.
“Sekarang bagaimana masyarakat harus mengendalikan konsumsi BBM-nya. Setiap liter solar disubsidi Rp 12.000, Pertalite disubsidi hampir Rp 10.000,” terang Nicke, Senin (8/8/2022).
Untuk menekan bengkaknya nilai subsidi itu, ia mengatakan, salah satu caranya dengan melakukan pembatasan pembelian Pertalite dan solar subsidi kepada yang berhak.
Nicke mengatakan, pengendalian konsumsi BBM subsidi dilakukan melalui pendaftaran kendaraan di MyPertamina. Kelak, sesuai dengan kriteria yang ditentukan BBM subsidi ini hanya untuk mereka yang tidak mampu dan usaha-usaha kecil.
“Kita semua tahu situasi sangat sulit, di seluruh dunia tidak ada yang tidak kesulitan. Kita memang tidak krisis energi, tapi semua ada batasnya,” pungkasnya. [wip]