(IslamToday ID) – Aktivis Saor Siagian heran dengan sikap mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo dengan gagahnya sempat menyebut harkat dan martabat usai diperiksa Tim Khusus alias Timsus Polri.
Menurut Saor, apa yang dikatakan Ferdy Sambo menjijikkan jika melihat apa yang ia lakukan dalam merekayasa pembunuhan Brigadir J. Ia lantas memberikan ilustrasi tentang matinya jiwa kepolisian yang diakibatkan oleh kebohongan Sambo.
Saor mengilustrasikan saat posisi ada di lampu merah jalan raya. Katanya, semua orang tahu jika lampu merah itu semua kendaraan harus berhenti. Mengapa pengendara di jalan semua berhenti saat melihat lampu merah? Ia menyebut jika di dalam dirinya masih ada jiwa untuk mentaati aturan.
“Saya kasih ilustrasi. Katakanlah di lampu merah setiap orang tahu (berhenti). Yang punya mata, lampu merah itu berhenti. Tapi saya pastikan tidak semua orang kemudian mau berhenti, karena apa? Karena yang menggerakkan jiwanya,” ucap Saor di YouTube Indonesia Lawyer Club, dikutip Jumat (19/8/2022).
Sekarang, kata Saor, kita lihat mengapa anggota polisi yang ada di TKP dan mendukung Sambo tidak mampu menggerakkan jiwanya sebagai manusia dan sebagai anggota Polri.
“Sekarang yang 36 ini (anggota polisi) mati jiwa kepolisiannya. Ada yang mati (Brigadir J) temannya. Ada CCTV yang dirusak, TKP yang dirusak, bukan malah disidik tapi ditutupi karena kerjaan siapa? Karena Ferdy Sambo,” kata Saor.
Bahkan lebih dari itu, Saor menjelaskan, kemungkinan besar dan kuat dugaan jika istri Ferdy Sambo bakal ikut terjerat dalam kasus ini.
“Dia (Ferdy Sambo) masih bicara harga diri. Bayangkan istrinya (Putri Candrawathi) kemarin terjerat pasal 340 karena di TKP hanya lima orang. Kata Kabareskrim empat telah tersangka yaitu Bharada E kemudian RR, kemudian Kuat Maruf sama dengan apa namanya Ferdy Sambo,” kata Saor.
Belum lagi yang dilakukan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi yang membuat laporan palsu dan juga berita bohong tentang pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J. Lalu, tak terbayangkan saat anak Sambo diajak ke Mako Brimob hanya untuk menguatkan jika sang ibu dilecehkan.
“Anaknya diajak ke Brimob hanya kembali mengatakan kami dilecehkan. Inilah menurut saya menjijikkan,” kata Saor.
Bahkan ia menduga setelah proyek baku tembak dan pelecehan itu gagal, Sambo bermain uang dalam kasus ini. “LPSK kemudian mengatakan ketika mereka memeriksa Ferdy Sambo ke Kadiv Propam dia disodorkan dua amplop warna cokelat, yang tebal uangnya 1 cm,” kata Saor.
Di sana Saor menyebut, apakah soal uang itu dikondisikan penasehat Polri yang bernama Fahmi?
“Kita tidak tahu. Apakah orang-orang yang dikondisikan tersebut yaitu penasehat Polri Fahmi yang membuat rilis membantu itu (laporan baku tembak dan pelecehan). Apakah seperti LPSK menolak atau dia menerima?” tegasnya. [wip]