(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal membantah pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut rantai pasok pangan yang mandek dan terjadi di seluruh dunia sebagai akar penyebab inflasi.
Menurut Faisal, biang kerok inflasi di Indonesia sebenarnya adalah harga bahan bakar minyak (BBM) yang meroket. Ia menilai strategi pemerintah cukup mampu menahan laju inflasi. Hal itu tampak dalam pembacaan data pada September.
Memang ada peningkatan inflasi sebesar 1,17 persen (mtm), tetapi justru ada penurunan inflasi inti dan deflasi pada kelompok volatile food. Artinya, pendorong inflasi adalah dampak dari kenaikan harga BBM.
“Jadi faktor pendorong inflasinya murni karena memang first round efek kenaikan harga BBM bersubsidi, makanya kenanya di inflasi transportasi, karena bahan bakarnya,” kata Faisal dikutip dari RMOL, Jumat (21/10/2022).
Menurutnya, deflasi pada September juga tidak biasa karena lazimnya kenaikan BBM subsidi akan diikuti inflasi harga pangan. Faisal juga menduga hal itu dipengaruhi faktor permintaan yang tidak terlalu kuat.
“Padahal biasanya ketika ada kenaikan harga BBM subsidi diikuti juga oleh kenaikan bahan pangan ya biasanya. Tapi di September kemarin malah terjadi deflasi,” ucapnya.
Oleh sebab itu, Faisal menyarankan pemerintah agar melihat tingkat keefektifan strategi penurunan inflasi dalam beberapa bulan ke depan. “Juga mesti dilihat, apakah sudah efektif atau belum, ini masih di bulan September ya, jadi baru kita lihat first round effect,” ujarnya.
Sementara, pandangan berbeda disampaikan oleh ekonom INDEF Eisha Rachbini. Ia mengatakan masalah dalam rantai pasok menjadi salah satu penyebab utama inflasi. Sehingga penting untuk mengendalikannya.
Eisha menilai penting untuk menyelesaikan masalah rantai pasok dalam negeri lantaran hal ini selalu berulang. Dalam hal ini ia menekankan pentingnya penggunaan teknologi.
“Penggunaaan teknologi bisa membantu, misalnya real time data untuk supply, data produksi, sampai data demand yang dibutuhkan masyarakat, juga industri harus sinkron. Dibutuhkan koordinasi antar lembaga berwenang yang baik,” jelas Eisha.
“Harga bahan pokok naik akibat masalah mismanagement di rantai pasok,” tambahnya.
Rantai pasok dalam negeri, lanjut Eisha, perlu dibenahi. Mulai dari produsen, petani, sampai konsumen. “Permasalahan rantai pasok terutama pada food commodity, seperti misalnya bahan-bahan pokok kapan supply lagi tinggi, bisa disimpan di-manage dengan baik, ketika supply lagi sedikit, misal akibat cuaca buruk, bisa diantisipasi,” ujar Eisha. [wip]