(Islam Today ID) – Direktur Survei dan Polling Indonesia (Spin), Igor Dirgantara menilai cap sebagai sosok yang memanfaatkan politik identitas makin coba dilekatkan kepada sosok Anies Baswedan jelang Pilpres 2024 oleh lawan-lawan politiknya. Namun, hal itu dinilai hanya sebatas isu. Alias tidak sesuai kenyataan.
Pandangan Igor berkaca pada pernyataan mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, yang menyebut Anies sebagai pribadi yang nasionalis dan agamis.
“Jika Anies dijuluki ‘bapak politik identitas’ itu persepsi publik, bukan realita dari Anies itu sendiri,” ujar Igor di kutip dari Rmol.id, Rabu (1/3).
Igor menjelaskan, dalam dunia politik, persepsi kerap dijadikan acuan ketimbang kenyataan yang sebenarnya ada. Bahkan, di banyak negara, persepsi politik terhadap satu pihak juga menggunakan identitas.
“Politik identitas seperti suku, ras, agama, atau jenis kelamin sebenarnya banyak dipakai dalam kampanye politik di banyak negara, sebagai bentuk positioning untuk pemenangan kandidat tertentu,” tuturnya.
Namun di Indonesia, Igor melihat politik identitas justru dijadikan komoditas atau barang dagangan untuk menaklukkan lawan politik.
“Masalahnya di Indonesia, politik identitas cenderung membawa ujaran kebencian serta pembelahan masyarakat (polarisasi) yang tajam, dan tidak berhenti ketika salah satu kandidat tersebut kalah,” sambungnya menjelaskan.
Maka dari itu, Igor memandang isu “Anies Bapak Politik Identitas“ merupakan persepsi publik yang dimunculkan pihak-pihak yang berseberangan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Baik di masa lalu maupun yang mengemuka baru-baru ini.
“Mungkin karena rekam jejaknya ketika Anies didukung Kelompok 212 saat mengalahkan Ahok di Pilgub Jakarta 2017 lalu. Atau suporternya yang dikonotasikan sebagai ‘kadrun’ itu yang akan cenderung menggunakannya,” tuturnya.
“Terutama, saat kampanye nanti di lapangan atau di tempat-tempat ibadah(masjid). Contohnya Partai Ummat yang sudah mendeklarasikan diri mendukung mantan Gubernur DKI tersebut,” ucap igor
Di sisi lain, Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie alias Gus Choi mengungkap pengakuan yang cukup mengejutkan. Sebab ia menilai bukan Anies lah yang memulai politik identitas melainkan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
Padahal Partai NasDem mendukung Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu.
“Lahirnya pemilihan Jakarta yang seperti itu sebetulnya faktornya bukan Anies tapi Ahok, orang Kristen, Cina mengutip ayat Al Quran, berangkatnya dari situ, yang menafsirkan ayat semaunya, di sini titik tolaknya,” tegas Gus Choi.
“Lalu kemudian ada reaksi dari aksi Ahok, reaksi yang berbau agama lalu dijadikan satu framing seolah politik identitas dan dialamatkan ke Anies,” katanya melanjutkan.
Karena itulah ia merasa framing politik identitas tidak tepat bila dialamatkan kepada Anies. Ia mengaku menjadi saksi terjadinya seluruh karut-marut tersebut.
“Jadi faktor utamanya yang menampilkan politik identitas adalah Ahok yang waktu itu kita dukung karena kinerjanya segala macam. Jadi kalau ngangkat politik identitas mari kita lihat ujung permasalahannya, kan Ahok,” tandasnya.[MU]