(IslamToday ID) – Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Antonius Joenoes Supit mengatakan saat ini pengusaha asing butuh kepastian dan jaminan penyelenggaraan Pemilu 2024 berjalan jujur dan adil (jurdil).
“Pengusaha selalu mengharapkan kepastian hukum dan kepastian mempunyai pemerintah yang kokoh dan berlegitimasi. Artinya kalau nanti pemilu berjalan tidak fair, orang menjadi ragu karena berpotensi gejolak dan lain-lain,” kata Antonius dikutip dari YouTube Prof Rheinald Kasali, Kamis (11/1/2024).
Meski saat ini pemerintah telah berupaya melindungi para pengusaha dengan mengeluarkan UU Cipta Kerja dengan sistem Omnibus Law, namun rupanya dianggap belum cukup.
“Kalau kita masuk di UU Cipta Kerja itu sebenarnya hanya relaksasi dari pada ketenagakerjaan, perpajakan, dan perizinan yang belum semua jadi apabila itu berjalan lancar, belum cukup. Yang diperlukan para pengusaha adalah konsistensi kebijakan,” terangnya.
Masalah kedua yang diungkapkan Antonius adalah mengenai kebijakan ekonomi Indonesia.
“Kebijakan ekonomi Indonesia terbuka atau tetutup? Sekarang karena ingin meningkatkan surplus perdagangan, impor ditekan lantas ekspor jadi lebih tinggi. Akibatnya apabila kita impor untuk bahan penolong (bahan baku) tidak bisa,” tuturnya.
Di masa pemilu saat ini, Antonius mengungkapkan dunia ekonomi Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki rekam jejak kepemimpinan yang jelas.
“Memiliki track record, mau mendengar, punya pengalaman memimpin di daerah, karena di ekonomi kalau salah mengambil tindakan kita bangkrut, susah untuk bangkit kembali,” katanya.
“Oleh karena itu harus memilih yang track record-nya jelas dan terutama adalah kepastian hukum. Ini yang paling mendasar,” sambungnya.
Dirinya berharap bukan capres-cawapres yang populislah yang pada akhirnya memimpin negara ini, karena orang yang populer atas rekomendasi orang lain tidak akan membuat banyak perubahan pada rakyat dan negeri ini.
“Saya ingat Ibu Sri Mulyani waktu belum menjadi menteri, baliau mengatakan bahwa populis itu pada akhirnya menyengsarakan rakyat kecil dan dia akan kejebak struktural dan kemiskinan. Seperti banyak terjadi di negara-negara Amerika Latin,” tutupnya. [ran]