(IslamToday ID) – Analis politik Ubedilah Badrun mengatakan KPU perlu membuat aturan baru terkait pidato capres-cawapres yang disampaikan saat penghitungan suara sedang berlangsung karena berpotensi menimbulkan ketegangan baru di masyarakat.
Pernyataan tersebut diungkapkan Ubedilah merespons pidato yang disampaikan paslon 02 Prabowo-Gibran usai unggul dalam perhituangan suara melalui quick count.
“Saya kaget pidato yang disampaikan Prabowo dan Gibran seperti pidato kemenangan, padahal masih semu. Masih prediksi kan quick count. Ini sebetulnya ruang untuk KPU membuat aturan baru. Ke depan misalnya seorang kandidat calon presiden gak boleh pidato di tengah-tengah quick count. Karena seolah-olah dia bisa pidato kemenangan,” kata Ubed dikutip dari YouTube Official iNews, Kamis (15/2/2024).
Aturan tersebut guna mengantisipasi apabila suara yang didapat salah satu kandidat tidak sampai 50 plus 1 sesuai dengan aturan.
“Tiba-tiba misalnya real qount Prabowo hanya memperoleh 50,5 persen. Berarti akan terjadi dua putaran, sementara Prabowo pidato seolah-olah pidato kemenangan dan diyakini oleh pendukungnya dan ditonton oleh ribuan orang,” terangnya.
“Ini menimbulkan tensi sosial baru, karena itu KPU perlu membuat aturan bahwa kontestan tidak boleh pidato saat quick count, karena itu akan menimbulkan persoalan baru pada waktunya,” sambungnya.
Sementara dari isi pidato yang disampaikan, Ubedilah meyakini sebagai pidato kemenangan meskipun masih banyak kekurangan.
“Terlihat pidato kemenangan meski ada salah-salahnya, di situ seperti dia sebut pemilu kita terbesar di dunia, salah. Pemilu terbesar itu di India. Harusnya di awal dia bilang ini bukan pidato kemenangan, tapi Prabowo tidak melakukan itu seolah-olah sudah menang dan ini secara psikologi politik bisa menimbulkan persoalan baru,” tegasnya.
Sementara menyikapi dua paslon lain yang tidak banyak bicara mengenai perolehan suara sementara, menurut Ubed, merupakan bentuk sikap kehati-hatian.
“Pak Anies dan Pak Ganjar matang dalam politik, tentu mereka tidak buru-buru mengomentari hasil quick count dan sebagai kontestan tentu mereka juga bekerja. Mesinnya yang mungkin mengumpulkan dan menemukan data-data, apa mungkin kecurangan, money politic dan macam-macam.”
“Sebagai calon presiden mereka menerapkan prinsip kehati-hatian. Tidak buru-buru dengan informasi yang sekarang terjadi,” pungkas Ubed. [ran]