(IslamToday ID) – Politisi PDIP Deddy Sitorus menyebut meski telah berhasil membuat suara PSI melonjak drastis menjadi 3,13 persen, namun keinginan Presiden Jokowi untuk terus melanggengkan kekuasaan belum sepenuhnya tercapai.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto mengungkapkan bahwa Jokowi memiliki tiga keinginan yakni Prabowo Subianto menang dalam Pilpres 2024, kemudian PSI masuk parlemen, serta suara PDIP turun.
“Saya kira tiga-tiganya belum, karena KPU belun final dengan hasil hitungan. Lalu MK juga belum menetapkan, jadi saya kira belum bisa dikatakan kalau keinginannya tercapai,” kata Deddy dikutip dari YouTube METRO TV, Selasa (5/3/2024).
Sementara, mengenai suara PDIP yang turun juga itu masih berdasarkan quick count.
“Kita tunggu, kalau pun berdasarkan quick count walaupun suaranya turun di tengah gempuran kekuasaan seperti kemarin kan masih tetap nomor satu, dari situ dia gagal. Yang kedua, sekarang orang melihat bagaimana PSI melompat jauh suaranya dari hasil quick count. Jadi ada split personality di sini. Quick count untuk presiden dia percaya tapi untuk parpol dia tidak percaya,” jelasnya.
Sementara hasil quick count itu, katanya, secara akademis dan empirik sudah terbukti dapat digunakan untuk memastikan jalannya pemilu jujur atau tidak.
“Sekarang terjadi lompatan suara PSI, cuma ada dua kemungkinannya quick count-nya kacau atau ada penggelembungan suara dalam Sirekap PKU, karena belum ada penghitungan manual,” ujarnya.
Dirinya pun lantas menilai apabila anomali suara PSI ini ada yang mengorkestrasi yang dilakukan secara terang-terangan.
“Jadi kalau ada yang menyebut Jokowi kesusu (dalam merancang semua kecurangan), dia tidak kesusu. Dia sangat mahir memainkan. Belum enam bulan dia jadi presiden periode kedua sudah berbicara tiga periode. Ketika itu ditolak, dia meminta perpanjangan masa jabatan. Itu ditolak, dia minta lagi penundaan pemilu. Itu kan dari tahun 2020,” bebernya.
Kemudian, lanjutnya, pada tahun 2023 sebelum PDIP menunjuk Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, Jokowi meminta Ganjar untuk bertemu PKS agar Anies Baswedan tidak mendapat partai.
“Lalu meminta Mas Ganjar keluar dari PDIP supaya masuk ke Koalisi Indonesia Maju. Jadi kalau dibilang dia kesusu, tidak. Ini sangat sistematis,” terang Deddy. [ran]