(IslamToday ID) – Pengamat politik Adi Prayitno melihat isu Presiden Jokowi masuk dalam radar calon Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar tidak lepas dari posisi menteri yang akan ikut masuk dalam jajaran pemerintahan Prabowo-Gibran apabila nanti dilantik.
“Kalau kita lihat soal jadwal munas Golkar itu Desember, sementara sekarang ramai pembicaraan ini kemungkinan ada dua. Pertama, terkait komposisi menteri yang akan diusulkan dari Golkar, jadi huru-haranya dimulai dari sekarang. Kedua, terkait dengan rekomendasi soal siapa nanti yang akan menjadi kepala daerah,” kata Adi dikutip dari YouTube KompasTV Pontianak, Senin (11/3/2024).
Menurutnya, siapapun yang menghembuskan isu ini pasti memiliki kepentingan politik dalam internal Golkar. Sementara jika dikaitkan Jokowi tidak lepas dari tafsir-tafsir liar dari pihak luar.
“Misalnya pernyataan Pak Airlangga kalau misalnya Pak Jokowi bergabung akan mendapatkan posisi strategis, bahkan peningkatan suara Golkar dikaitkan dengan Jokowi effect. Padahal Golkar ini punya anatomi kekuatan pada caleg dan kemampuan untuk mengkonsolidasi kekuatan mesin politik. Jadi kenaikan Golkar di 2024 itu bukan secara faktor eksternal (Jokowi),” bebernya.
Namun apabila Jokowi benar masuk ke dalam bursa calon Ketum Golkar, Adi melihat keputusan politiknya tergantung dari internal Golkar, terutama dari mereka yang memiliki hak suara di munas.
“Yang menjadi ramai itu kalau munas dimajukan, pasti segala sesuatu yang dianggap ribet dan menjadi aturan baku bisa diubah. MK saja bisa memutuskan sesuatu di luar batas kemampuan, hanya mengikuti kekuasaan politik. Apalagi cuma Golkar,” kata Adi.
Namun apabila Golkar konsisten menyelenggarakan munas pada Desember 2024, maka peluang Jokowi untuk menjadi Ketum Golkar kecil. Tapi kalau dilakukan saat Jokowi masih menjabat presiden peluangnya akan besar.
“Karena kekuasaan seorang presiden entah siapa nanti yang punya intensi untuk mengajak di dalam pasti cukup powerfull dan akan mengubah segalanya,” ujarnya.
Namun apabila nantinya Jokowi benar-benar bergabung dengan Golkar dan menjadi ketum, menurutnya, politik di negara ini sudah benar-benar rumit. “Kalau bisa partai politik dibubarkan saja kalau bagitu, gampang diintervensi dan dimasuki dengan cara-cara yang tidak elegan,” pungkasnya. [ran]