(IslamToday ID) – Analis komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad menilai Partai Gerindra lebih berkepentingan untuk membangun kerja sama dengan PDIP. Menurutnya, dorongan konsolidasi itu lebih banyak ditunjukkan oleh Gerindra ketimbang PDIP.
Sebab, partai politik (parpol) besutan Prabowo Subianto itu harus menahan dominasi Partai Golkar di parlemen 2024-2029.
“Saya kira juga dalam konteks ini saya tidak melihat kekhawatiran dari kalangan PDIP untuk kemudian hilang perannya di parlemen, misalnya tidak menjadi Ketua DPR karena UU MD3 bisa diubah,” kata Nyarwi dikutip dari Kompas, Senin (15/4/2024).
Ia mengatakan, PDIP tampak tetap percaya diri meskipun sangat mungkin dinamika politik di DPR RI membuat posisinya tak lagi mendapatkan hak ketua DPR. Meskipun, dalam Undang-Undang MPR, DPR, DPRD, dan DPD (MD3) yang berlaku saat ini kursi ketua DPR tetap menjadi hak parpol pemenang pileg.
Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, parpol dengan suara terbanyak pada Pileg 2024 adalah PDIP, disusul Golkar di urutan kedua, dan Gerindra di urutan ketiga. Namun, Nyarwi melihat bahwa Gerindra punya kepentingan lebih besar untuk merangkul PDIP demi membatasi ruang gerak Golkar yang meraih suara lebih besar pada pileg kemarin.
“Tapi justru yang saya lihat ada kebutuhan dari Gerindra sebagai partai pengusung Prabowo ya, yang mana kalau kita lihat koalisi capres-cawapres Prabowo-Gibran, Gibran dianggap representasi dari Golkar,” ucapnya.
“Artinya dalam konteks ini kalau misalnya Golkar merasa punya saham yang lebih besar bahkan dari Gerindra, ini yang menurut saya akan kurang bagus untuk Gerindra,” lanjut Nyarwi.
Ia menuturkan, sebagai parpol pengusung capres, Gerindra tak ingin Golkar lebih mendominasi kekuatan di parlemen. Oleh karena itu, PDIP dengan jumlah kursi terbanyak mesti dirangkul untuk menahan berbagai permintaan Golkar ke depan.
Apalagi, kata Nyarwi, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sempat menyatakan meminta setidaknya lima kursi menteri untuk kabinet pemerintahan 2024-2029.
“Bukan tidak mungkin kalau parlemen di konsolidasikan oleh Gerindra, mungkin juga (Golkar) minta peran-peran juga yang cukup besar dan bukan berarti di situ menguntungkan Gerindra. Bisa jadi Gerindra tidak nyaman dengan dominasi Golkar, padahal capresnya pemenang, tapi partainya tidak dominan di sana (parlemen),” katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa kerja sama dengan PDIP bakal membantu meningkatkan daya tawar Gerindra di Koalisi Indonesia Maju (KIM). “Iya, jadi PDIP itu bisa memperkuat bergaining position Gerindra di tengah partai-partai pendukungnya (Prabowo),” ujarnya.
Hingga kini, Prabowo belum menemui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam momen Idul Fitri 1445 H. Mantan Danjen Kopassus itu memilih untuk menyambangi Presiden Jokowi, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Padahal, saat ini Gerindra dan PDIP terus menunjukkan sinyal positif untuk mempertemukan Prabowo dan Megawati. Namun, Prabowo sendiri enggan menjawab setiap ditanya awak media kapan rencana pertemuan itu berlangsung. [wip]