(IslamToday ID) – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai langkah Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menetapkan penyebutan Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk gerakan bersenjata di Papua, bukan lagi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis Teroris (KST) sudah tepat. Menurutnya, keselamatan bangsa di atas segalanya.
“Urusan HAM kita bicarakan kemudian, jika mereka sudah berhasil kita tumpas,” kata Bamsoet dikutip dari RMOL, Senin (15/4/2024).
Ia mengaku siap pasang badan jika ada pihak yang mempersoalkan HAM atas kewajiban TNI/Polri dalam melaksanakan penegakan hukum dan melaksanakan perintah konstitusi, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Penyebutan OPM tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI No STR/41/2024 tertanggal 5 April tahun 2024, dengan alasan kelompok bersenjata di Papua menamakan dirinya sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sama dengan OPM.
“Keputusan Panglima TNI menyatakan kembali kelompok bersenjata di Papua sebagai OPM sudah tepat,” ujar Bamsoet.
OPM merupakan istilah untuk gerakan pro kemerdekaan Papua sejak tahun 1963. Selama ini kelompok bersenjata Papua terus melakukan aksi separatis, teror, hingga pembunuhan. Aksi keji dan biadab dilakukan terhadap guru, tenaga kesehatan, personel TNI-Polri, hingga masyarakat umum.
Bamsoet menegaskan, pemerintah, TNI-Polri harus terus melakukan tindakan tegas dan terukur kepada OPM. Sikap tegas negara terhadap OPM di Papua merupakan wujud kehadiran negara untuk menghentikan pembunuhan dan teror berkelanjutan terhadap warga sipil di Papua.
“Tidak boleh ada lagi toleransi terhadap para kelompok separatis, teroris, ataupun OPM untuk meneror serta melakukan aksi kejahatan hingga menimbulkan korban jiwa,” ungkapnya.
“Semua gerakan separatis dan teroris di Indonesia harus ditumpas hingga bersih. Jangan berikan peluang gerakan separatis dan teroris tumbuh subur di Indonesia,” sambungnya.
Bamsoet menambahkan, selain melakukan tindakan tegas dan terukur, pemerintah juga perlu terus membangun dialog dengan pemerintah daerah, para tokoh adat, suku, agama, pemuda, dan berbagai tokoh masyarakat Papua lainnya. Dialog dilakukan untuk menghasilkan solusi komprehensif tentang masa depan tanah Papua yang aman dan damai.
“Penyelesaian persoalan kelompok bersenjata di Papua harus dilakukan secara komprehensif. Selain melalui tindakan tegas dan terukur, aparat keamanan, pemerintah tetap perlu melakukan penyelesaian melalui jalur dialog dengan pendekatan kebudayaan dan kesejahteraan,” pungkas Bamsoet. [wip]