ITD NEWS — Gerakan boikot pajak terus meluas di media sosial. Hal ini dilakukan pasca adanya dugaan kasus pencucian uang maupun menggelapan pajak yang dilakukan oleh Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Pajak (DJP) wilayah Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo (RAT).
Dilansir dari bbcindonesia (27/2/2023), Manajer Riset Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), Fajry Akbar mengemukakan jika kasus yang melibatkan RAT dan anaknya, Mario Dandy Satrio merupakan kasus terbesar kedua yang menggemparkan dunia perpajakan Indonesia.
Peristiwa pertama yang menggerkan rakyat ialah kasus korupsi yang melibatkan pegawai pajak, Gayus Tambunan. Pada saat itu harta kekayaannya yang mencapai Rp 74 miliar mengundang reaksi keras dari netizen.
Fajry juga menuturkan jika boikot ini diteruskan maka akan berdampak buruk bagi penerimaan pajak Indonesia. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memiliki PR untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.
“Pekerjaan rumahnya masih belum selesai, sosialisasi kali ini pasti lebih berat dengan persepsi masyarakat yang sudah berubah,” kata Fajry dilansir dari detikcom (24/2/2023).
Salah satu seruan untuk melakukan boikot bayar pajak diungkapkan oleh pemilik akun twitter @monstreza , FR pada Jum’at (24/2/2023).
“Yuk @DitjenPajakRI hentikan bullshit buang-buang waktu buat wajib lapor ini yuk! Kalian yang potong gaji saya jadi cukup kantor + kalian saja yang setor bukti potongnya. Ready?,” ujar FR.
Selain FR sejumlah pihak juga mengungkapkan kekecewaanya. Salah satunya musisi, Fiersa Besari, bahkan tweet Fiersa di-retweet oleh Ekonom Senior, Rizal Ramli.
“Sudah bayar pajak. Ke depannya bagaimana? Sebagai warga negara, akan tetap bayar pajak. Tapi, saya ingin sekali saja merasa bahagia seberes bayar pajak; bahagia bahwa uang saya dipakai untuk pembangunan negeri ini. Sedihnya, yang muncul akhir-akhir ini malah rasa tidak percaya” ungkap Fiersa Besari lewat twitter pribadinya @FiersaBesari pada Kamis (23/2/2023).