“Bumi dibagi menjadi dua oleh dua lautan, sehingga kita memiliki bagian utara atau dingin dan bagian selatan atau panas. Orang-orang di dua bagian ini menjadi lebih hitam saat Anda pergi ke selatan dan lebih putih saat Anda pergi ke utara,”
(Al-Istakhri, Geografer Muslim)
ISLAMTODAY ID— Al-Istakhri bernama lengkap Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad al-Farisi al-Istakhri. Merupakan geografer berkebangsaan Arab yang sangat berpengaruh bagi dunia Arab dan Eropa.
Dikutip dari buku Biografi Para Ilmuwan Muslim karya Wahyu Murtiningsih disebutkan jika al-Istakhri pernah melakukan perjalanan ke seluruh penjuru mata angin. Hal ini dilakukan al-Istakhri demi memperdalam khazanah intelektualitasnya.
Kitab al-Masalik wa al -Mamalik menjadi karya monumental al-Istakhri. Dalam kitab tersebut ia banyak mengisahkan tentang pengembaraan intelektualitasnya.
“Sebenarnya (kitab) ini merupakan revisi karya al-Balkhi tentang pembagian iklim,” ungkap Wahyu Murtiningsih.
Namun demikian karya al-Istakhri juga dinilai sebagai kumpulan informasi geografi yang sangat otentik. Karya tersebut pun dimanfaatkan oleh para calon geografer di The Balkhri School.
Kitab al-Masalik wa al -Mamalik
Kitab al-Masalik wa al -Mamalik ini pada perkembangannya menjadi rujukan bangsa Eropa. Salah satunya J.H. Moeller ia mengutip kitab tersebut dalam karyanya yang berjudul Liber Climatum.
Sementara di Jerman, A D Mordtmoun pada tahun 1845 menerbitkan pula dengan judul Das Buchderl.
Kitab geografi yang ditulis sejak tahun 951 Masehi atau 340 Hirjiyah itu bahkan menjadi panduan utama para geografer Persia.
Para geografer dunia memberikan kesimpulan yang menarik bagi karya geografer muslim. Mereka menyimpulkan jika karya geografi al-Istakhri, al-Bakhi dan Hawkal adalah satu kesatuan yang saling melengkapi.
“Mereka merasa kurang jika hanya membaca karya yang satu, tapi tidak yang lain. Hal tersebut merupakan bukti bahwa al-Istakhri adalah salah satu tokoh pengting dalam perkembangan ilmu geografi,” ungkap Wahyu Murtiningsih.
Penulis: Kukuh Subekti