ISLAMTODAY ID (Tapanuli Tengah)— Ekskavasi situs Bongal beserta temuan arkeologisnya mengungkap sejarah pelayaran pesisir Pantai Barat Sumatra. Bongal adalah kawasan kosmopolitan yang pernah eksis pada periode abad ketujuh sampai sembilan Masehi.
Pelabuhan kuno yang berada di Desa Jago-jago, Kec. Badiri, Kab. Tapanuli Tengah, Prov. Sumatra Utara itu telah dikenal dalam dunia perdagangan internasional. Emas dan aneka hasil hutannya seperti kafur, kemenyan, pala, kemiri, damar hingga pinang menjadi daya tarik utama.
Pedagang mancanegara asal Timur Tengah, India, hingga China diyakini telah singgah di Bongal. Mereka juga membawa berbagai komoditas perdagangan internasional yang penting.
Artefak kuno mulai dari koin-koin era Islam hingga fragmen-fragmen keramik ditemukan. Fragmen guci hingga gerabah yang ditemukan ialah produk-produk asal Persia dan China.
Jejak Timur Tengah
Jejak para pedagang asal Timur-Tengah termasuk yang cukup banyak ditemukan. Temuan paling banyak berupa koin-koin kuno era Umayyah dan era Abbasiyah.
Temuan koin kuno tertua yang berhasil diidentifikasi ialah koin tahun 75 Hijriyah. Koin tersebut merupakan koin yang masih mengadopsi koin era Persia kuno.
“Ada koin dari masa Umayyah, Kisra II (Raja Persia Terakhir) 75 sampai 95 Hijriyah atau 694 (sampai) 713 Masehi,” kata Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Arkeometri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), M. Fadhlan Syuaib Intan dalam diskusi daring GeoArkeologi, Sabtu (12/2/2022).
Eksistensi Bongal terus berlanjut hingga masa Daullah Abbasiyah. Temuan koin era Abbasiyah termasuk paling banyak ditemukan.
Koin era Abbasiyah tertua yang ditemukan ialah pada masa Khalifah Abdullah Al-Mansyur yang terbit pada tahun 143 Hijriyah atau tahun 760 Masehi. Koin kuno tersebut dicetak di Kota Kufah, Irak.
“Di tengah (koin)-nya ada kalimat Tauhid,” tutur Fadhlan.
Koin era Abbasiyah ini bahkan sangat Islami. Selain kita bisa menemukan bacaan tauhid, kita juga menemukan lafadz basmallah pada sisi koin.
“Bismillah, dirham ini dicetak di Al-Kufah pada tahun tiga dan empat puluh dan serratus tepi keliling, Jadi ini 760 (atau) abad kedelapan” jelasnya menjelaskan tulisan yang terdapat dalam koin dirham era Abbasiyah itu.
Fadhlan juga menyebutkan koin lainnya yang dicetak pada masa kekuassan Khalifah Al-Mansyur. Koin ini dicetak tahun 147 Hijriyah atau 764 Masehi.
Tampilan koin era Abbasiyah ialah ditemukannya kalimat tauhid pada bagian tengah koin dan ada juga lafadz basmallah. Lalu koin juga memuat tahun cetak dan lokasi pencetakan uang.
“Dirham ini dicetak di Al-Rayy pada tahun tujuh, dan empat puluh dan seratus,” ujar Fadhlan.
Temuan koin era Khalifah Al-Mansyur ketiga yang ditemukan di Bongal ialah edisi tahun 149 Hijriyah atau 766 Hijriyah. Koin kuno tersebut dicetak di Muhammadiyah.
Khalifah Al-Mansyur termasuk khalifah yang cukup banyak menerbitkan uang sepanjang pemerintahannya. Selang lima tahun dari temuan ketiga itu tepatnya di tahun 154, khalifah kembali mencetak uang.
“Bismillah, dirham ini dicetak di Madinat al-Salam pada tahun empat, lima puluh dan seratus,” ucap Fadhlan.
Temuan koin kuno Abbasiyah selanjutnya ialah koin edisi Tahun 166 Hijriyah atau tahun 782 Masehi. Koin yang dicetak di Al-Muhammadiyah ini merupakan koin era Khalifah Muhammad Al-Mahdi.
Koin kuno Abbasiyah berikutnya dicetak oleh Khalifah Muhammad Abdullah Al-Amin pada tahun 195 hijriyah atau tahun 810 Masehi. Dirham tersebut dicetak di Madinat al-Salam.
Temuan koin dirham di Bongal yang lain ialah koin era Khalifah Al-Ma’mun. Koin yang dicetak di Al-Muhammadiyah itu diterbitkan pada tahun 204 Hijriyah atau tahun 819 Masehi.
“Kita bisa melihatnya dari sembilan koin-koin ini, kitab isa melihat tahunnya dari 75 hijriyah sampai 204 hijriyah. Abad ketujuh sampai abad kesembilan (ditemukan) dari Bongal ini,” tandasnya.
Temuan sisa-sisa peradaban Islam lainnya selain koin ialah alembic, yang diyakini sebagai alat penyulingan. Alembic serupa juga pernah ditemukan di Timur Tengah dan tersimpan di Museum Metropolis New York, USA.
“Juga ditemukan botol kaca untuk penyulingan yang disebut dengan alembic.Jadi alembic ini mungkin digunakan untuk menyuling parfum,” tandas Fadhlan.
Jejak peninggalan dari Timur Tengah lainnya selain koin dan alembic ialah fragmen guci dari Neyshabur, Persia atau Iran. Fragmen guci tersebut diperkirakan berasal dari abad ke tujuh hingga sembilan masehi.
Penghasil Emas
Emas atau aurum menjadi salah satu magnet utama Bongal. Eksistensi emas di Bongal dimulai seiring dengan menipisnya cadangan emas di India dan Siberia.
“Menipisnya cadangan emas di India dan Siberia itu membuat para pedagang (internasional) melirik nusantara salah satunya adalah Bongal,” ungkap Fadhlan.
Emas adalah barang tambang yang sangat berharga bagi perdagangan internasional. Bahkan sejak 5000 tahun lalu bangsa Mesir telah menjadikannya sebagai perhiasan.
“Emas juga menjadi suatu standar untuk sistem keuangan di beberapa negara dan digunakan secara besar-besaran pada industri perhiasan,” ucap Fadhlan.
Aktivitas geologi di kawasan Bongal sangat memungkinkan emas bisa ditemukan di Bongal. Emas yang melapuk akan terbawa oleh aliran Sungai Lumut dan ditemukan di Bongal.
Bongal jika direkonstruksi berdasarkan perkembangan daratan di Pantai Barat Sumatra akan menjawab sejumlah pertanyaan penting. Misalnya fakta bahwa lokasi Desa Jago-jago dan situs Bongal hingga 5000 tahun silam, masih berada di dalam laut.
“Pada 5000 tahun yang lalu atau holosen tengah daratan mulai berkembang menutupi laut. Situs masih dalam laut, Desa Jago-jago masih dalam laut,” tutur Fadhlan.
“Jadi holosen akhir, Sungai Lumut sudah mulai terbentuk dan sungai Badiri sudah mulai terbentuk,” jelasnya.
Komoditas alam lainnya yang ada di Bongal selain emas ialah damar, pala, pinang hingga kemiri. Hasil laboratorium menunjukkan jika kemiri berasal dari abad kesembilan masehi, sementara pala lebih tua.
“Pala itu kami dating (uji penanggalan) di New Zealand, hasilnya (tahun) 658 sampai (tahun) 711 atau sama dengan abad ketujuh sampai delapan Masehi,” ungkap Fadhlan.
Lebih Tua dari Barus
Kabupaten Tapanuli Tengah dianugerahi dua situs penting dalam sejarah Islam, Barus dan Bongal. Lokasi situs jika dilihat dari peta ialah Situs Bongal di bagian selatan, dan Situs Barus di bagian utara.
Kedua situs bersejarah tersebut dipisahkan oleh Kota Sibolga pada bagian tengahnya.
“Di Tapanuli Tengah ini kalau kita plotting di tiga tempat ini, di utara ada situs Barus, di tengah Kota Sibolga, dan di selatan ada Situs Bongal,” ucap Fadhlan.
Situs Bongal terletak di kaki Gunung Bongal. Bongal juga dekat dengan dua sungai tua dan besar, Sungai Lumut dan Sungai Badiri.
Aktivitas eskavasi Bongal pada tahun 2021 lalu juga berhasil menemukan tiang-tiang kayu. Tiang yang runcing pada bagian bawahnya itu diyakini sebagai bekas dermaga atau hunian kuno.
Lokasi Bongal berada di pesisir pantai itu sangat mungkin menjadi tempat persinggahan kapal-kapal. Keberadaan pulau Mursala yang bersebrangan dengan Bongal juga turut memudahkan kapal-kapal untuk singgah.
“Situs Bongal sendiri di depannya ada Pulau Mursala sehingga Teluk Tapian Nauli sangat bagus untuk pendaratan perahu-perahu sejak zaman dahulu hingga sekarang,” tutur Fadhlan.
Ramainya aktivitas kapal-kapal dagang kuno di Bongal juga dibuktikan dengan temuan fragmen artefak di sana. Misalnya temuan keramik dan teko Cina era Dinasti Tang.
“Keramik masa Dinasti Tang abad kedelapan sampai Sembilan kemudian ada teko Dinasti Tang abad ketujuh sampai delapan Masehi,” ungkap Fadhlan
Jejak pedagang Cina era Dinasti Tang berikutnya ialah koin-koin K’ai Yuan Tong Bao. Koin yang diperkirakan dicetak pada periode tahun 621 sampai tahun 718 Masehi.
Berdasarkan hasil uji laborat terhadap lima belas sampel artefak kuno Bongal lebih tua dari Barus. Hasil uji laboratorium di New Zealand dan Amerika menunjukkan jika artefak tertua di Bongal berasal dari abad ke-7 hingga 8 Masehi.
“Dari hasil dating, umur mutlaknya itu (menunjukkan) kalau di Bongal muncul di abad ketujuh, dua ratus tahun kemudian baru muncul Barus,” jelas Fadhlan.
Benda-benda artefak yang menunjukkan Bongal sebagai kota kosmopolitan kuno ialah ditemukannya anak timbangan dacin hingga moda transportasi air.
Temuan-temuan artefak situs Bongal diantaranya berupa sisir kayu, kayu berlubang, kayu alat tenun, ijuk aren, kayu, kayu inskripsi palawa, damar, ijuk, ikatan alat tenun, nibung, damar, kayu wadah tinta, ijuk aren, kemiri, buah jail-jali. Masing-masing sampel menunjukkan rentang waktu yang berbeda, dari abad ke-6 sampai 7, temuan termuda abad ke-20.
Penulis: Kukuh Subekti