(IslamToday ID) – Pemerintah Bangladesh melakukan penguncian wilayah (lockdown) di distrik Cox’s Bazar, yang berbatasan dengan kamp pengungsian lebih dari 1 juta etnis Rohingya. Tindakan penguncian wilayah itu sebagai langkah pencegahan terhadap penyebaran virus corona.
Para ahli telah memperingatkan bahwa virus corona dapat menyebar dengan cepat. Meski belum ada kasus infeksi yang dikonfirmasi di kamp-kamp pengungsian, tetapi satu kasus telah terjadi di dekat wilayah tersebut.
Kasus virus corona di Bangladesh saat ini berjumlah lebih dari 200, dengan 20 kematian. Para pejabat pun memerintahkan penutupan distrik Cox’s Bazar mulai Rabu (8/4/2020) malam.
Berdasarkan arahan pejabat setempat, area itu akan ditutup sepenuhnya, tak ada akses keluar ataupun masuk sampai situasi membaik.
Pihak kepolisian dan tentara juga telah memasang penghalang di jalan-jalan utama di distrik itu, yang berpenduduk sekitar 3,4 juta orang termasuk pengungsi Rohingya. Pihak berwenang juga melakukan patroli di dalam dan di sekitar kamp selama masa lockdown tersebut.
Komisioner pengungsi, Mahbub Alam Talukder mengatakan pembatasan gerak terhadap para penyalur bantuan juga telah diberlakukan. “Hanya pasokan makanan darurat dan layanan medis yang dapat terus bekerja di kamp-kamp dengan menjaga kehati-hatian,” katanya kepada AFP.
Ia menambahkan siapapun yang memiliki sejarah perjalanan ke luar negeri baru-baru ini, juga akan dicegah memasuki kamp-kamp sampai mereka menyelesaikan masa karantina.
Lebih dari 740.000 Rohingya melarikan diri dari kejaran militer Myanmar pada 2017. Mereka bermukim di kamp-kamp pengungsi Cox’s Bazar yang kumuh.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para aktivis telah menyatakan keprihatinan. Informasi yang beredar seputar pandemi corona di kamp-kamp tersebut banyak yang keliru, karena adanya larangan akses internet yang diberlakukan sejak September lalu.
Puluhan ribu etnis Rohingya sempat terbangun di tengah malam bulan lalu untuk ibadah salat malam, setelah desas-desus menyebar bahwa upaya itu dapat menghentikan penyebaran virus.
Lembaga pemantau hak asasi, Amnesty International telah memperingatkan bahwa informasi dasar yang akurat tentang penyakit ini gagal menjangkau banyak pengungsi di kamp Rohingya.
Badan yang mengurus pengungsi menyatakan telah meminta pemerintah Bangladesh untuk menghapus pembatasan internet tersebut.
Sebelumnya, para relawan khawatir akan terjadi petaka jika virus corona sampai menyebar di dalam kamp pengungsian Rohingya di perbatasan Bangladesh dan Myanmar.
Hal itu yang terlintas di benak seorang relawan asal Bangladesh, Mohammad Shamsuddoza, mengenai kondisi kamp pengungsi Rohingya yang sangat padat tersebut.
“Kami berusaha sekuat tenaga untuk melindungi mereka, tetapi jika terjadi penularan virus, maka akan menjadi pekerjaan berat bagi kami,” katanya, seperti dilansir Associated Press, Jumat (3/4/2020).
Kondisi di kamp pengungsian Rohingya di Cox’s Bazar sangat padat. Dalam 1 kilometer persegi diperkirakan dipenuhi oleh 40.000 orang. Mereka hidup di gubuk penampungan beratap dan dinding plastik. Dalam satu gubuk bisa diisi oleh 12 orang.
Agak sulit menerapkan kebijakan pembatasan jarak di antara mereka. Kondisi itulah yang membuat mereka sangat rentan jika terjadi penularan virus corona.
Kekhawatiran semakin menguat setelah ada laporan seorang perempuan Bangladesh berusia 75 tahun yang tinggal di dekat Cox’s Bazar dinyatakan positif corona.
Sampai saat ini belum dilaporkan terjadi penularan kasus virus corona di kamp pengungsian Rohingya. Namun, perwakilan PBB juga tidak melakukan pemeriksaan massal dan memutuskan mengirim orang yang memperlihatkan gejala sakit akibat mirip infeksi virus corona ke rumah sakit di Bangladesh.
“Kamp itu sangat padat, setiap keluarga punya banyak anggota. Jadi praktis sangat sulit menjaga jarak,” kata Shamsuddoza. (wip)