IslamToday ID — Ketegangan politik dunia memanas setelah munculnya laporan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un “berada dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi sebelumnya”, laporan ini diduga tidak terlalu kredibel, tetapi fakta bahwa pemberitaan tersebut berpengaruh begitu kuat dan memiliki tujuan lain perlu diperjelas.
Fakta pertama pembicaraan terkait program denuklirisasi Korut diproyeksikan Trump pada Januari 2021 berjalan, dan kedua ada sinyal hubungan diplomatik membaik yang sedang dirajut Trump dengan Kim Jong Un. Akan tetapi, tidak semua pihak di dalam pemerintahan maupun rivalnya di AS maupun Korut setuju dengan itikad Trump dan Kim Jong Un ini.
Rumor
Spekulasi berputar di seluruh dunia tentang kemungkinan perubahan rezim yang tidak terduga di Korea Utara menyusul laporan CNN mengutip seorang sumber anonim pemerintah AS bahwa Kim Jong-un dalam kondisi kritis, disusul spekulasi skenario perubahan politik di Pyongyang, yang memprediksi saudara perempuannya Kim Yo-Jong merupakan kandidat kuat suksesornya.
Sementara itu, China dan Korea Selatan memberikan laporan tentang krisis kesehatan Kim Jong Un yang serius, dan terkait pertanyaan tentang mengapa ia tidak terlihat di depan publik selama lebih dari 10 hari setelah tidak tampil pada upacara peringatan kelahiran mendiang kakeknya Kim Il-Sung pada 15 April lalu.
Ada media yang menyebutkan Kim dikabarkan meninggal dunia setelah menjalani prosedur kardiovaskular (jantung) yang dikatakan gagal. Ia bahkan disebut mengalami cedera selama tes rudal pada 14 April lalu.
Kim Jong Un diketahui terakhir kali tampil di publik pada 11 April silam. Ketika memimpin rapat biro politik Partai Buruh dalam menyerukan langkah-langkah tegas Korut dalam menghadapi pandemi virus corona (COVID-19).
Laporan CNN menyebutkan bahwa “Sumber kedua yang akrab dengan intelijen mengatakan bahwa AS memonitor laporan tentang kesehatan Kim”, meskipun itu tidak dengan sendirinya berarti bahwa hidupnya dalam bahaya, hanya seseorang yang diduga membenarkan bahwa komunitas intelijen AS sedang memantau laporan tentang kesehatan pemimpin rivalnya.
Mengingat apa yang diketahui secara faktual sejauh ini, jelas bahwa ada sesuatu yang salah karena Kim Jong-Un tidak akan melewatkan perayaan ulang tahun kakeknya, meskipun tidak jelas apa tepatnya yang salah. Kemungkinan besar, itu mungkin karena masalah kesehatan, tetapi tidak ada yang tahu pasti apakah itu kondisi Kim Jong Un benar-benar serius atau tidak.
Namun, pemberitaan tentang Korea Utara hampir selalu berhasil menangkap halaman terdepan media internasional, dan fakta bahwa CNN ialah yang pertama kali melaporkan bahwa Kim Jong Un “dalam bahaya besar” patut untuk dicurigai akan kebenarannya. laporan CNN bisa jadi kredibel, akan tetapi tidak menutup kemungkinan berita ini adalah “pesanan” yang tentu saja dari pelanggan mereka di jaringan militer permanen, intelijen, dan birokrasi diplomatik (“orang dalam”) yang memiliki motif tersembunyi mengapa “membocorkan” kabar ini kepada pers.
Strategi Rehabilitasi Reputasi CNN
Pertama, patut dicatat bahwa terkait sumber anonim (jika mereka ada) menjangkau CNN, alih-alih media yang pro-Trump. Ini menunjukkan adanya dugaan motif untuk meningkatkan kredibilitas jaringan berita ini ditengah klaim berulang Presiden Trump bahwa CNN hanya memberikan berita palsu (asalkan laporan itu dibenarkan) dan atau merusak kebijakan keterlibatan langsung Trump dalam hubungan diplomatik dengan Korut yang belum pernah dilakukan selama tiga dekade sebelumnya.
Tentang penjelasan pertama, upaya rehabilitasi reputasi dan media yang pertama kali merilis kabar ini, cukup masuk akal dari sudut pandang kekuatan lunak bagi CNN untuk sesekali merilis “berita nyata”, karena banyak pengamat sudah bertanya-tanya mengapa Kim Jong-Un tidak menghadiri peringatan ulang tahun kakeknya, masuk akal bahwa beberapa masalah kesehatan atau ada sesuatu yang terjadi, sehingga memberikan kredibilitas pada laporan CNN bahwa hal itu mungkin bahkan menjadi masalah serius.
Mengenai penjelasan kedua, ini mungkin terdiri dari dua bagian – menyulitkan hubungan personal Trump dengan Kim Jong-Un yang sejauh ini berjalan baik atau upaya untuk menekan Presiden Trump untuk menyerah pada usulan pembayaran ongkos pertahanan Korea Selatan ke pemerintah AS. Di satu sisi, Trump memiliki hubungan yang sangat baik dengan Kim Jong Un, tetapi di sisi lain, kondisi ini sangat rapuh dan ditentang oleh sejumlah anggota Orang Dalam/Pejabat Pemerintahan AS dan Korea Utara. Ini berarti bahwa sebagian besar kemajuan simbolis yang telah dibuat sejauh ini pada komitmen denuklirisasi Korea Utara mungkin terbalik jika Trump membuat tanggapan “diplomatik” tentang kesehatan Kim Jong-Un dan secara pribadi menyinggung perasaannya, meskipun Trump dengan bijaksana menghindari komentarnya tentang topik itu.
Seandainya dirinya bereaksi secara berbeda, maka Trump akan tampak selaras dengan Demokrat (dan tentu saja, afiliasi CNN) yang menentang kebijakan perdamaian dengan Korut dan denuklirisasi untuk menghindari perang dengan Korea Utara.
Kompensasi Layanan Militer
Adapun bagian kedua dari penjelasan ini adalah, Trump baru-baru ini mengungkapkan bahwa ia menolak jumlah biaya yang diajukan Korea Selatan untuk membayar keberadaan militer AS, sebagai tanggapan atas permintaan sebelumnya bahwa ia memberikan kompensasi pada Korea Selatan lebih mahal untuk layanan militernya, menurut laporan Reuters akan meningkat sekitar 13%.
Trump sedang berupaya menekan semua sekutu lamanya di kawasan untuk kesepakatan yang lebih menguntungkan yang menurutnya lebih adil, yakni berbagi beban tanggung jawab Amerika Serikat kepada mereka di bawah tatanan dunia yang dibayangkan. Hal ini mendapat kritikan tajam dari elite internasional yang kebanyakan liberal-globalis serta sekutu domestiknya di AS (yakni Partai Demokrat, media yang berafiliasi, dan faksi “negara bagian” yang melindungi keduanya).
Jika ada kredibilitas pada laporan CNN tentang krisis kepemimpinan yang menjulang di Korea Utara yang berpotensi membuat situasi negara itu lebih tak terduga dari sebelumnya, maka Trump mungkin akan dipaksa untuk “menerima lebih sedikit” dan menyerah pada apa pun yang diusulkan Seoul dalam kepentingan “keamanan nasional” kawasan.
Tentu saja masih harus dilihat apa yang sebenarnya terjadi di Korea Utara dalam beberapa pekan mendatang, tetapi tetap penting untuk mempertanyakan apa yang mungkin terjadi dibalik layar pertempuran politik internal AS untuk memotivasi salah satu perwakilannya “membocorkan” sebuah informasi intelijen kepada CNN tentang kesehatan Kim Jong-Un pada momentum krusial.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa sebagian besar pemberitaan tentang Korea Utara seringkali upaya rekayasa atau sangat dibesar-besarkan, dengan sangat sedikit yang terbukti benar. Semua orang pasti akan terkejut jika laporan yang dipermasalahkan ini ternyata bisa dipercaya, jika seandainya dia benar-benar mundur atau bahkan meninggal dunia.
Penulis: R Syeh Adni