(IslamToday ID) – Ini adalah kisah tentang bagaimana seorang pejabat Turki dan keluarganya menggunakan musik untuk melawan penindasan ras atau rasisme.
Protes melanda Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di seluruh dunia setelah terbunuhnya seorang pria kulit hitam, George Floyd oleh seorang polisi kulit putih.
Rasisme di AS tidak berakhir meskipun perbudakan sudah dihapus. Sebaliknya, orang kulit hitam AS mendapat penghinaan yang tak terhingga setelah Gerakan Hak Sipil.
Ketika Kedutaan Besar Turki untuk AS membuka pintu untuk para musisi jazz kulit hitam, Turki mendapati sesuatu yang mengejutkan terkait hubungan ras di AS.
Pada kasus ini, dalam sejarah AS, orang-orang kulit hitam tidak diizinkan masuk ke restoran yang hanya khusus kulit putih. Mereka hanya diperbolehkan duduk di belakang bus umum.
Pada tahun 1934, ketika Munir Ertegun mengemban tugasnya di AS sebagai Duta Besar Turki, Washington DC juga menjadi pusat musik jazz di negara tersebut. Kemudian, putra Ertegun, Ahmet dan Nesuhi adalah penggemar berat genre musik ini.
Sebagai hasil dari diplomasi Turki, konser jazz mulai diizinkan di kedutaan Turki, di mana penyanyi kulit hitam dan putih berkumpul dan bernyanyi bersama. Dari Duke Ellington, Joe Marsala, Henry Allen, Adele Girar, dan Zutty Singleton hingga Max Kaminsky dan Tommy Potter. Mereka tampil di konser yang diselenggarakan oleh dua putra Ertegun.
Peristiwa itu berdampak luar biasa pada AS. Sebagian orang AS menyambutnya dengan gembira, tapi banyak juga yang mengkritik acara itu, seperti para politisi misalnya.
Mereka yang mengkritik tidak suka jika warga kulit hitam dan kulit putih berbaur menjadi satu. Beberapa senator AS bahkan bertanya kepada Munir Ertegun, bagaimana bisa acara semacam itu digelar.
“Kami menerima tamu dari pintu depan, siapapun mereka dan kami akan senang menjadi tuan rumah. Itu pun kalau Anda memutuskan untuk menjadi tamu kami,” kata Ertegun menanggapi.
Ahmet, putra Ertegun juga menjelaskan lebih lanjut. “Kami memiliki banyak teman kulit hitam di Washington dan kami tidak diizinkan pergi ke bioskop, teater, atau restoran bersama. Bahkan untuk keluar bersama hampir tidak mungkin. Sehingga saya tidak dapat mengajak Duke Ellington, musisi jenius pada masanya, untuk makan malam. Itu adalah kenyataan dan kami bisa menerimanya.”
Putra Ertegun lainnya, Nesuhi menyatakan, tidak ada yang bisa membayangkan apa yang terjadi di AS saat itu terkait diskriminasi dan rasisme. “Karena itu kami mengadakan konser, Jazz adalah senjata aktivitas sosial kami,” ungkapnya.
Pada 1943, Ahmet dan Nesuhi mengadakan konser di Pusat Masyarakat Yahudi di ibukota. Musisi jazz kulit hitam dan putih berkumpul bersama, sehingga menarik perhatian media. Dituliskan oleh media bahwa dua saudara muslim Turki menggelar sesuatu yang berbeda di Washington DC dengan memadukan orang kulit hitam, Kristen kulit putih, dan Yahudi dalam sebuah konser.
Kelahiran Atlantic Records
Munir Ertegun diangkat sebagai Dekan Korps Diplomatik pada tahun 1944. Itu adalah gelar yang diberikan kepada anggota korps diplomatik yang telah menjabat paling lama di suatu negara. Gelar itu disandangnya sampai kematian menjemput akibat serangan jantung pada tahun yang sama.
Putranya yang tinggal di AS dan pada tahun 1947, Ahmet mendirikan Atlantic Records bersama dengan Herb Abramson di Kota New York. Label tersebut kemudian mengubah sejarah musik AS. Salah satu nilai jual unik dan utama merek tersebut untuk artis kulit hitam adalah konser yang diadakan di kedutaan Turki. Nesuhi bertindak sebagai produser dan eksekutif rekaman untuk label tersebut.
Itu bukan urusan kecil. Atco dan Cotillion adalah label anak perusahaan, dan Clarion adalah penyandang anggarannya. Atlantic Records kemudian melakukan rekaman untuk musik blues, jazz, country, western, rock and roll, gospel, dan komedi.
Perusahaan itu masih eksis hingga kini sebagai bagian dari Time-Warner, salah satu dari sedikit perusahaan rekaman independen yang bertahan sejak 1940-an. Kini memiliki pangsa pasar musik dunia yang besar.
Kisah kedutaan Turki membuka pintu bagi para musisi kulit hitam adalah pelajaran tentang bagaimana solidaritas bisa berdampak nyata pada sejarah. Sangat mungkin bahwa sebagian besar seniman sudah pernah tampil di kedutaan hingga akhirnye mereka dikenal.
Pendirian Atlantic Records adalah kisah sukses dalam menghadapi penindasan ras yang sudah sangat parah.
Ketika Ahmet Ertegun meninggal pada tahun 2006, ia telah menjadi tokoh di dunia musik pada masanya. Sebelum kematiannya, ia berkata, “Semua akar musik populer berasal dari musik orang kulit hitam, dari jazz.”
“Jika saya memiliki kontribusi kecil untuk promosi musik Afrika-Amerika dan untuk meningkatkan reputasinya, saya akan merasa sangat bahagia,” tambah Ertegun. [wip]