(IslamToday ID) – Klaim kontroversial Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli bahwa situs keagamaan Ayodhya yang disengketakan berada di Nepal dan dewa Hindu, Lord Ram adalah orang Nepal, telah meningkatkan ketegangan antara India dan Nepal.
Pada 13 Juli, Oli menuduh India melakukan agresi budaya dan distorsi sejarah ketika menghadiri acara peringatan 206 tahun kelahiran penyair Nepal, Bhanubakta Acharya, yang menerjemahkan epos Hindu Ramayana dari bahasa Sansekerta ke Nepal.
“Kami telah ditekan secara budaya. Fakta telah diputarbalikkan. Bahkan hari ini, kami percaya bahwa Sita menikah dengan seorang pangeran India, Ram. Kami memberinya bukan untuk orang India, tapi dari Ayodhya. Ayodhya adalah sebuah desa yang terletak di sebelah barat Birgunj,” kata Oli di kediaman resminya di Baluwatar seperti dikutip di TRT World, Sabtu (18/7/2020).
“India telah menciptakan Ayodhya yang disengketakan, Ayodhya palsu. Kerajaan Lord Ram tidak di Uttar Pradesh, tetapi di Nepal dekat Balmiki Ashram.”
Pernyataan Oli mendapat tanggapan kritis dari para pemimpin di dalam partai berkuasa sendiri, Partai Komunis Nepal (NCP) dan orang-orang dari Partai Bharatiya Janata (BJP) India.
Pada hari Selasa, Kementerian Luar Negeri Nepal mengeluarkan catatan pers dalam upaya pengendalian kerusakan.
“Pernyataan yang dibuat oleh perdana menteri tidak terkait dengan subjek politik dan tidak memiliki niat sama sekali untuk menyakiti perasaan dan sentimen siapa pun,” ungkapnya sambil menambahkan bahwa kata-kata Oli adalah panggilan untuk penelitian lebih lanjut tentang “geografi budaya” Ramayana.
Walaupun kedua negara mayoritas beragama Hindu, Nepal selalu peka untuk mempertahankan identitas budaya berbeda dari tetangganya yang lebih besar di selatan.
Hadiah Pembangunan Kuil
Perseteruan terkait situs Ayodhya sebagai tempat kelahiran Ram telah terjadi berabad-abad yang lalu, dan diselimuti oleh mitologi dengan kisah-kisah yang banyak jumlahnya dan klaim atas tokoh sejarah Ram.
Baru-baru ini, kota Ayodhya telah menjadi batu ujian penting dalam peta politik India sejak pembongkaran Masjid Babri pada tahun 1992, yang menyebabkan pertikaian agama dan kerusuhan di seluruh negeri.
Hampir 30 tahun kemudian, kejadian itu terus mempengaruhi jalinan sekuler India dan politik seputar identitas komunal.
Menjelang aksi kekerasan komunal itu, Ram telah berubah dari sosok yang dicintai dan tragis dalam epos Ramayana, menjadi simbol identitas Hindu yang bangkit kembali untuk menyulut nasionalisme India.
Sejak pemisahan India pada tahun 1947, pasukan nasionalis Hindu bekerja untuk membuat sejarah mitologi demi keuntungan politik. Tuduhan bahwa Masjid Babri dibangun di atas reruntuhan sebuah kuil yang menandai kelahiran Ram, menjadi penangkal bagi semangat nasionalis Hindu.
Setelah masjid dihancurkan, manifesto BJP telah berjanji untuk membangun sebuah kuil untuk Ram di situs keagamaan yang disengketakan sejak tahun 1996.
November lalu, Mahkamah Agung India memberikan putusan akhir yang kontroversial yang menghadiahkan wilayah yang disengketakan untuk pembangunan kuil.
Mendidihnya Ketegangan Bilateral
Komentar Oli itu muncul di saat hubungan India-Nepal mencapai titik terendah karena masalah perbatasan.
Hubungan keduanya tegang sejak November tahun lalu ketika New Delhi menerbitkan peta wilayah baru yang mengklaim wilayah yang disengketakan.
Krisis kedua negara, yang berbagi lebih dari 1.800 km wilayah perbatasan, mencapai puncaknya pada 8 Mei ketika New Delhi mengumumkan peresmian jalur Himalaya yang melewati daerah Kalapani yang disengketakan.
Oli, seorang ultra-nasionalis yang berkuasa setelah blokade perbatasan India pada 2015, mendapat kritik keras dari partainya sendiri karena dinilai gagal dalam menangani pandemi corona. Ia saat ini juga terperosok dalam konflik diplomatik antara China, India dan Amerika Serikat (AS).
Satu titik nyala adalah compact Millennium Challenge Corporation (MCC) pemerintah AS, yang oleh Nepal akan menerima hibah 500 juta dolar AS untuk membangun jalan dan jalur transmisi.
Oli telah memberikan lampu hijau pada rencana itu, bahkan ketika banyak rekan NCP-nya bertekad untuk menggagalkan apa yang mereka lihat sebagai bukti Strategi India-Pasifik untuk menahan China. Partai Komunis China dan NCP menikmati hubungan dekat, dan Beijing menganggap Kathmandu sebagai sekutu “semua cuaca”.
Di antara banyak media India, Oli dipandang sebagai rintangan utama untuk membina hubungan bilateral yang lebih lancar. Satu saluran media bahkan menyiarkan sampai 16 menit tentang Oli menjadi “madu yang terjebak” oleh utusan China ke Kathmandu, yang mengarah ke larangan oleh distributor kabel Nepal pada saluran berita India.
Ketika Oli merasa dikepung, narasi anti-India terbukti bermanfaat secara domestik, dibuktikan dengan sering menaikkan taruhan melawan New Delhi.
Oli menuduh India melanggar batas wilayah Nepal, dan pemerintahnya memutuskan untuk menerbitkan peta politik baru yang menggambarkan Kalapani, Lipulekh, dan Limipiyadhura sebagai bagian dari Nepal. Keputusan itu meningkatkan permusuhan media India terhadapnya.
Baru-baru ini, Oli menuduh kedutaan India berada di balik krisis faksi dalam partai yang berkuasa. Ia mengindikasikan bahwa India memanipulasi intrik politik karena New Delhi tidak senang dengan Kathmandu atas amandemen konstitusi yang memperbarui garis besar peta Nepal, yang sekarang termasuk wilayah yang diklaim oleh India.
Namun, pilihan waktu perkataan Oli tentang Ayodhya dapat berefek sebaliknya ketika berbicara tentang negosiasi perang kartografi yang sedang dilakukan kedua negara, dan berpotensi meningkatkan kebuntuan dan menghentikan dialog.
Perselisihan terbaru, terutama karena klaim agama yang sangat sensitif, tampaknya menjadi tanda lain dari hubungan yang memburuk antara kedua negara, yang dapat berdampak serius pada geopolitik Asia Selatan. [wip]