ISLAMTODAY ID — Intelijen Militer Ceko melaporkan peningkatan persaingan antara Amerika Serikat, Rusia dan China sebagai kemungkinan penyebab konflik yang dapat memicu Perang Dunia III.
Berdasarkan laporan Intelijen Militer Ceko tahun 2019 yang dipublikasikan pada 10 November lalu, mengatakan bahwa dunia sedang menghadapi ancaman perang dunia baru.
Sejumlah analis menyatakan konflik global saat ini berada “dalam tahap pertama”.
“Pola pikir global dari mereka yang dapat dan ingin berpartisipasi secara aktif di dalamnya saat ini sedang dibentuk, dan perangkat teknologi secara bertahap digunakan untuk mengontrolnya,” tulis laporan intelijen tersebut
Menurut laporan tersebut, konflik militer global mungkin akan terjadi saat Amerika Serikat, Rusia, dan China berebut supremasi pengaruh dalam percaturan politik global.
Dokumen yang disusun intelijen Ceko tersebut mencatat penurunan dalam penerapan serta pentingnya penegakan hukum internasional.
Sementara tatanan dunia saat ini sedang dipertanyakan apakah kini masih relevan?, langkah dialog damai sebagai cara untuk menyelesaikan kontradiksi dan konflik mulai diabaikan.
Selain itu, peningkatan manipulasi kesadaran publik berpengaruh pada peningkatan ketegangan, demikian menurut para analis.
Skenario Invasi Rusia di Baltik dan Lemahnya NATO
Laporan itu diterbirkan ketika The National Interest mencoba memperkirakan peluang Rusia dan NATO dalam posisi kebuntuan militer.
Ketika Rusia telah memposisikan dirinya sebagai penyeimbang atau menghalangi Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO), beberapa pemeriksaan terhadap kekuatan militernya saat ini mulai diragukan kemampuannya dalam memberikan tantangan dan bahaya nyata kepada Aliansi NATO untuk waktu lama, dalam bentuk konflik militer secara peuh, demikian menurut analis militer, Kris Osborn.
Kesimpulan para ahli ini didasarkan pada seberap besar, daya tembak, supremasi udara, dan teknologi yang dimiliki NATO.
Sejumlah ahli dan analis Pentagon mengungkapkan keprihatinan tentang apakah struktur kekuatan NATO di Eropa Timur cukup signifikan untuk mencegah Rusia dari ‘potensi invasi milter ke Eropa Timur’.
Mengacu pada temuan sebelumnya dari Studi Rand pada tahun 2019, para analis menunjukkan NATO akan menemukan dirinya ‘dalam kesulitan yang mengerikan’ jika Rusia akan menyerang negara-negara Baltik.
Studi Rand pada 2019 menyimpulkan, pasukan NATO di Eropa Timur dalam beberapa tahun terakhir tidak akan siap untuk menghadapi skenario invasi militer Rusia ke negara tetangganya seperti Latvia, Lituania dan Estonia.
Postur pencegahan pertahanan NATO saat ini di negara-negara Baltik dinilai begitu ‘lemah secara militer dan umumnya dipertanyakan’ oleh hasil penelitian Rand.
Mempelajari skenario potensial yang melibatkan invasi militer Rusia di sana, para analis mengklaim bahwa pasukan Rusia akan berhasil merebut beberapa atau semua ibukota negara bagian tersebut hanya ‘dalam beberapa hari’ saja.
Analisis Rand ini dilakukan atas dasar serentetan perang dimana pasukan “merah” (Rusia) dan “biru” (NATO) terlibat dalam skenario militer yang beragam di negara-negara Baltik.
Skenario Takluk Dalam 60 Jam
Dalam laporan berjudul “Reinforcing Deterrence on NATO’s Eastern Flank”, studi Rand tersebut menilai bahwa factor suksesnya pertahanan wilayah oleh NATO membutuhkan dikerahkannya pasukan Angkatan Udara dan Angkatan Darat dengan jumlah lebih besar daripada saat ini.
“Seperti yang diposisikan saat ini, NATO tidak dapat berhasil mempertahankan wilayah negara anggotanya yang paling terbuka. Di berbagai permainan menggunakan berbagai peserta ahli dalam dan luar baik berseragam resmi yang bermain di kedua sisi, waktu terlama yang dibutuhkan pasukan Rusia untuk mencapai pinggiran ibukota Estonia dan atau Latvia di Tallinn dan Riga, masing-masing, adalah 60 jam. Kekalahan yang begitu cepat akan membuat NATO memiliki sejumlah pilihan yang terbatas, ”tulis penelitian Rand tersebut.
Studi tersebut menambahkan bahwa bahkan jika NATO secara signifikan meningkatkan upaya untuk memodernisasi senjata nuklir non-strategisnya, Aliansi Pertahanan Atlantik Utara kemungkinan besar harus memiliki insentif militer yang lebih besar untuk mengakhiri perang di masa depan daripada pihak Rusia.
Modernisasi Militer
Diketahui bahwa tidak adanya postur pertahanan mekanis yang lebih besar dari NATO terbukti merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan, menurut Studi Rand itu.
“Tidak adanya pertahanan udara jarak pendek di unit-unit Amerika Serikat (AS), dan pertahanan minimal di unit-unit NATO lainnya, berarti begitu banyak serangan akan menghadapi perlawanan dari patrol tempur udara NATO, yang kewalahan dengan jumlah banyak. Hasilnya adalah kerugian besar bagi beberapa batalyon Biru (NATO) dan potensi kekacauan bahaya akan serangan balasannya. ”
Studi Rand menekankan bahwa komitmen berkelanjutan Rusia terhadap modernisasi militer yang cepat dan meningkatnya anggaran pertahanan.
Pasukan darat, udara dan laut konvensional Rusia tercatat berkembang dengan cepat, bahkan mereka berusaha mengejar platform-platform generasi berikutnya.
Hal ini nampak dari dengan kerja-kerja dan upaya pengembangan berkelanjutan pada kapal selam independen kelas baru, jet tempur siluman T-50, rudal canggih generasi baru dan peralatan berteknologi tinggi untuk para pasukan di lapangan.[IZ/Res]