(IslamToday ID) – Amnesty International mengkritik larangan penggunaan cadar oleh pemerintah Swiss karena dianggap diskiminatif dan melanggar hak perempuan.
Kepala hak-hak perempuan di Amnesty International Swiss, Cyrielle Huguenot mengatakan usulan larangan cadar merupakan kebijakan yang berbahaya, melarang hak perempuan, termasuk kebebasan berekspresi dan beragama.
“Larangan ini akan berdampak negatif pada wanita muslim yang memilih untuk mengenakan niqab atau burqa. Jika kita benar-benar ingin menghormati hak-hak perempuan, kita harus membiarkan perempuan memutuskan apa yang ingin mereka kenakan,” kata Huguenot seperti dikutip dari Arab News, Senin (8/3/2021).
Lebih lanjut, Huguenot juga menyoroti adanya sanksi dalam aturan tersebut, di mana hal tersebut bertentangan dengan kebebasan yang ditegakkan oleh Swiss selama ini.
“Jika maksudnya adalah untuk melindungi hak-hak perempuan, itu gagal total. Larangan jenis ini akan diskriminatif. Ini juga berisiko menstigmatisasi perempuan yang termasuk dalam kelompok yang sudah terpinggirkan, memperkuat stereotip tentang orang-orang dan meningkatkan intoleransi,” tutur Huguenot.
Larangan penggunaan cadar di Swiss sendiri mendapatkan dukungan dari kelompok gerakan sayap kanan. Mereka mengatakan, larangan diperlukan untuk memerangi penindasan terhadap perempuan dan untuk menegakkan prinsip dasar bahwa wajah harus ditampilkan dalam masyarakat bebas.
Seperti diketahui, hasil referendum di Swiss yang digelar hari Ahad memutuskan bahwa negara itu melarang pemakaian burqa atau busana penutup wajah.
Hasil pemungutan suara referendum menunjukkan 51,2 persen banding 48,8 persen untuk kemenangan kubu yang setuju larangan burqa.
Proposal referendum di bawah sistem demokrasi langsung Swiss tersebut tidak menyebutkan busana burqa secara langsung. Itu juga bertujuan untuk menghentikan pengunjuk rasa jalanan yang menggunakan topeng. Namun, politisi lokal, media dan juru kampanye telah menjulukinya sebagai larangan burqa.
“Di Swiss, tradisi kami adalah menunjukkan wajah Anda. Itu adalah tanda kebebasan dasar kami,” kata Walter Wobmann, ketua komite referendum dan anggota parlemen untuk Partai Rakyat Swiss, sebelum pemungutan suara.
“Penutup wajah adalah simbol politik Islam ekstrem yang telah menjadi semakin menonjol di Eropa dan tidak memiliki tempat di Swiss,” tambahnya seperti dikutip Reuters. [wip]