ISLAMTODAY ID-Militer PLA unjuk kekuatan besar-besaran yang ditujukan ke pulau Taiwan dan pendukung Baratnya pada Hari Nasional China pada tanggal 1 Oktober 1949.
, yang memperingati proklamasi resmi pendirian Republik Rakyat China (RRC)
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan 25 jet melanggar zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) pada Jumat (1/10).
Langkah China picu Taiwan lakukan patroli udara dan lacak pesawat dengan pertahanan rudal anti-udara yang ditempatkan dalam siaga tinggi.
Kemudian hingga malam, sebanyak 13 lainnya tercatat melanggar ADIZ dalam pelanggaran terpisah.
Dengan tambahan tersebut, total 38 pesawat China telah menembus wilayah ADIZ Taiwan.
Menurut pernyataan militer, insiden pertam melibatkan18 jet tempur J-16 bersama dua pesawat pengebom H-6, dan pesawat lainnya.
Serangan hari Jumat (1/10) terjadi setelah PLA terbangkan dua lusin jet tempur untuk mendekati Taiwan pada dua kesempatan terpisah.
Selain itu, April lalu juga terlihat serbuan PLA hingga 25 pesawat tempur yang hingga saat ini menjadi rekor terbesar sepanjang tahun.
Insiden sebelumnya terjadi bersamaan dengan keputusan Taiwan yang bergabung dengan kelompok perdagangan trans-Pasifik (yaitu Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik, atau TPP).
Peta yang dirilis militer Taiwan menunjukkan pesawat PLA berada di dekat Pulau Pratas yang disengketakan, seperti dilansir dari laporan internasional pada Jumat (1/10).
dua pembom mendekati atol yang berdekatan
Dan kemudian di malam hari (waktu setempat), serangan lain yaitu 13 pesawat PLA lagi.
Total 38 jet China mmasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan pada hari Jumat (1/10).
Insiden ini menandai jumlah serangan terbesar dalam sahari yang tercatat sejak Taipei mulai merilis data secara publik.
Sejauh ini serangan PLA hanya sebabkan Taipei melipatgandakan peningkatan pengeluaran militer, serta kesediaannya untuk menerima senjata dari Washington.
“Dalam menghadapi ancaman berat dari musuh, militer negara secara aktif terlibat dalam pembangunan dan persiapan militer, dan sangat mendesak untuk mendapatkan senjata produksi massal yang matang dan cepat dan peralatan dalam waktu singkat,” ujar Kementerian Pertahanan Taiwan, seperti dilansir dari ZeroHedge, Jumat (1/10).
Sementara itu serangan yang semakin besar – dan frekuensi yang meningkat (hampir setiap hari pada saat ini) – membuka kemungkinan insiden ‘tembakan langsung’ yang dapat memicu perang besar.
(Resa/ZeroHedge)