ISLAMTODAY ID-Mantan menteri luar negeri mengatakan musuh Tunisia adalah pendudukan, penjajahan dan kebijakan diskriminasi rasial tetapi bukan Israel.
Tunisia tidak menganggap Israel sebagai musuhnya, ujar mantan menteri luar negeri Tunisia Ahmed Wanis.
Wanis berkata: “Musuh kita adalah pendudukan, penjajahan dan kebijakan diskriminasi rasial.”
Tunisia adalah negara Arab pertama yang mempertimbangkan bahwa kebijakan teraman adalah negosiasi dengan Israel berdasarkan resolusi partisi PBB, ungkap Wanis dalam wawancara di stasiun radio Tunisia Mosaique FM pada hari Senin.
“Tunisia selalu menentang kolonialisme dan diskriminasi, jadi jika Israel meninggalkan tanah Palestina dan menghentikan diskriminasi, itu tidak akan menjadi musuh kita,” ujar Wanis, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (19/10).
Dia mendesak diplomat Tunisia untuk menjelaskan posisi mereka menuju normalisasi hubungan dengan Israel.
Pernyataan mantan diplomat itu datang pada saat rakyat Tunisia sibuk dengan konsekuensi krisis politik setelah Presiden Kais Saied memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi.
Kais menghentikan kegiatan Majelis Perwakilan Rakyat dengan menerapkan kekuatan darurat dari Pasal 80 Konstitusi Tunisia.
Komentar Wanis seperti itu membuka pintu perdebatan di antara warga Tunisia yang takut mengikuti negara-negara Arab lainnya seperti UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko yang menormalkan hubungan dengan Israel sebelum menyelesaikan konflik Arab-Israel dan pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.
‘Tidak Tertarik Pada Normalisasi’
Tunisia mengumumkan pada akhir tahun 2020 bahwa mereka tidak berniat menormalkan hubungan dengan Israel.
Kementerian Luar Negeri Tunisia menolak laporan New York Times yang mengatakan negara itu berencana untuk menormalkan hubungan dengan Israel, mengikuti jejak UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Kementerian menyatakan bahwa mereka menghormati kedaulatan negara dan posisinya dalam perjuangan Palestina mengikuti kehendak rakyat Tunisia.
Anggota parlemen Tunisia meluncurkan kampanye tahun lalu untuk mengkriminalisasi normalisasi dengan Israel.
(Resa/Mosaique FM/TRTWorld/New York Times)