ISLAMTODAY ID —Biden bertanggung jawab atas sebagian besar “proyek Ukraina” selama masa pemerintahan Obama.
Dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Biden telah mengatakan beberapa hal yang agak kejam tentang Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sekarang Washington di bawah pemerintahan Biden meningkatkan bantuan militer ke Ukraina.
Selain itu memasukan Ukraina ke NATO dan UE adalah impian lama neocons dan neoliberal seperti pemerintahan Biden.
Ini juga penting bagi mereka yang mendukung keinginan Forum Ekonomi Dunia untuk memperluas UE dan mengepung Rusia.
Mereka merasa tindakan Rusia akan mengganggu impian apa pun tentang integrasi Eurasia karena negara itu dapat menolak strategi mereka.
Kebijakan luar negeri Putin, ditambah dengan upaya untuk membangun kembali militer Rusia, telah menjadi bagian dari upaya mantan perwira KGB untuk meningkatkan posisi Rusia di panggung dunia.
Ini telah membantunya menjadi populer di kalangan rakyatnya.
NATO Secara Perlahan Meluas ke Rusia
Keputusan AS dan NATO mengajak Ukraina bergabung adalah agar Angkatan Darat Ukraina dapat merebut kembali wilayah otonom Krimea, dan kota Sevastopol yang diklaim milik Ukraina.
Militer AS, Ukraina dan NATO telah diinstruksikan untuk menggunakan “perang hibrida” untuk menaklukkan kembali bekas bagian Ukraina ini. Singkatnya, ini berarti Ukraina dan Barat menyatakan perang terhadap Rusia.
Perang Di Ukraina Adalah Tentang Uang, dan Energi
Mengenai apa yang benar-benar memotivasi keinginan untuk mengubah Ukraina menjadi kawasan perang, ada beberapa kemungkinan tetapi alasan uang dan energi tidak boleh dikesampingkan.
Politik luar negeri sering digunakan sebagai alat untuk memajukan kepentingan nasional yang seringkali didikte oleh ilmu ekonomi.
Dalam hal ekonomi, energi sering dianggap sebagai darah dari mana semua kekuatan mengalir dan dalam kasus Eropa, pipa Nord Stream 2 (NS2) yang setelah selesai akan membawa gas alam dari Rusia ke Jerman adalah rebutan.
Bertahun-tahun yang lalu para pemimpin dari Polandia, Latvia, dan Lituania menandatangani surat terbuka kepada parlemen Uni Eropa yang memperingatkan mereka terhadap pembangunan NS2 yang menurut mereka proyek komersial itu dirancang untuk meningkatkan ketergantungan energi mereka pada Moskow.
Saat ini, Gazprom Rusia memasok gas ke Uni Eropa dan Turki dengan rekor 162 miliar meter kubik.
Dari gas itu, 86 miliar meter kubik mengalir ke seluruh Ukraina.
Mereka yang menentang pipa baru menuduh bahwa “Gazprom” bukan hanya perusahaan gas tetapi platform untuk paksaan Rusia dan alat lain bagi Rusia untuk menekan negara-negara Eropa.
Departemen Luar Negeri AS bahkan telah mengancam perusahaan-perusahaan Eropa, apabila berpartisipasi dalam pembangunan pipa gas Nord Stream 2 Rusia, dengan alasan bahwa “proyek tersebut merusak keamanan energi di Eropa.”
Saat ini banyak perusahaan AS juga ingin menjual dan memasok Eropa dengan Gas Alam Cair (LNG) dan tampaknya bersedia memulai perang dengan Rusia untuk mewujudkannya.
Apakah itu untuk keuntungan atau untuk meminimalkan ancaman pemutusan pengiriman gas alam Rusia ke Eropa dan juga langkah ini digunakan AS sebagai senjata utama untuk melawan Rusia.
Maka dapat dikatakan perang Ukraina yang akan terjadi sebenarnya adalah tentang motif uang, dan energi. (Rasya)