ISLAMTODAY ID – AS akan targetkan bank dan taipan bisnis Rusia jika Moskow menginvasi Ukraina, sumber anonim mengklaim.
Gedung Putih sedang merencanakan sanksi baru yang dirancang untuk mencekik sistem perbankan Rusia jika Moskow memilih untuk menyerang Ukraina, Reuters melaporkan pada hari Senin (21/2).
Mengutip tiga sumber anonim “yang familiar dengan masalah ini”, Washington juga berencana untuk menargetkan individu dan perusahaan Rusia tertentu dengan membekukan aset asing mereka dan melarang mereka menggunakan dolar AS untuk melakukan transaksi internasional.
“Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyiapkan paket sanksi awal terhadap Rusia yang mencakup larangan lembaga keuangan AS memproses transaksi untuk bank-bank besar Rusia,” ujar Reuters, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (21/2).
Namun, Gedung Putih menolak berkomentar.
Sanksi Amerika dirancang untuk merugikan ekonomi Rusia dengan mengeluarkannya dari jaringan perdagangan global, karena sebagian besar transaksi internasional dilakukan dalam dolar AS.
Dengan paket tindakan yang masih dalam tahap finalisasi, masih belum diketahui bank mana yang akan dibidik.
Namun, para ahli yang dikutip oleh kantor berita percaya bahwa aktor keuangan top Rusia seperti Sberbank, Gazprombank, dan VTB adalah kandidat yang paling mungkin, bersama orang-orang kaya yang memiliki hubungan dengan Kremlin dan taipan Rusia lainnya.
Sementara itu, ancaman serupa juga dilakukan Brussel.
Sebelumnya pada hari Ahad (20/2), dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Jerman ARD, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan bahwa UE akan menjatuhkan sanksi baru untuk memastikan Moskow “secara praktis terputus dari pasar keuangan internasional” jika menyerang Ukraina.
Langkah-langkah tersebut akan ditujukan untuk menahan ekonomi Rusia dengan mencegahnya dari modernisasi lebih lanjut, Eurocrat menjelaskan.
Sejak November tahun lalu, Kremlin telah berulang kali dituduh menempatkan lebih dari 100.000 tentaranya di perbatasan dengan Ukraina dengan tujuan melancarkan invasi.
Rusia telah berulang kali membantah tuduhan itu, dengan menyatakan bahwa mereka sedang melakukan latihan di daerah tersebut.
(Resa/RT/ARD)